Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Banyak pertanyaan bisa dilontarkan ketika sudah lama tak bertemu kawan lama. Namun, terkadang muncul pertanyaan seputar perubahan fisik sebagai sekadar basa-basi atau bercanda. Padahal, pertanyaan itu dapat menyakiti orang lain karena terkesan body shaming.
Body shaming adalah suatu komentar negatif yang berkaitan dengan bentuk tubuh, rambut, dan hal lain yang menyangkut penampilan. Perilaku ini juga dapat memicu munculnya gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, hingga gangguan makan.
Informasi ini pun dibahas dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Ayoe Sutomo: Korban Body Shaming, Apakah Aku Baper?” yang dapat diakses melalui tautan s.id/AnyJiwShaming.
Menurut Verrywell Mind, body shaming merupakan komentar negatif mengenai penampilan seseorang, mulai dari bentuk tubuh usia, atau apapun yang dianggap mengganggu penampilan.
Meskipun pelaku body shaming tak selalu memiliki tujuan untuk menyakiti orang lain, tetapi perkataan mereka dapat menyebabkan perubahan sikap seseorang.
Baca juga: Membohongi Pasangan, Boleh atau Tidak?
Dikutip dari BIRCU Journal, body shaming dapat menyebabkan korban menjadi mudah tersinggung, pendiam, gangguan makan, bahkan hingga depresi.
Menurut Help Guide, body shaming dapat diatasi dengan cara menerima dan mencintai diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dimiliki. Berikut adalah beberapa cara untuk menghadapi body shaming.
Memiliki bentuk tubuh yang tak sesuai dengan standar kecantikan masyarakat bukanlah hal yang negatif. Maka dari itu, berhentilah membuat hal-hal tersebut menimbulkan kesan negatif dalam diri sendiri.
Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka, fokus terhadap hal-hal positif yang ada dalam diri akan membantu menumbuhkan rasa syukur dan menerima diri sendiri,
Penggunaan media sosial memiliki pengaruh terhadap persepsi masyarakat terkait body shaming. Oleh karena itu, bijak dalam menggunakan media sosial menjadi hal yang perlu dilakukan.
Ikuti akun yang mempopulerkan ajakan untuk menerima, menghargai, dan mencintai diri sendiri. Hindari akun yang menonjolkan pentingnya penampilan fisik dibandingkan kualitas diri. Apalagi yang kerap melontarkan ejekan mengenai kondisi fisik orang lain.
Ketika seseorang meyakini kondisi tubuhnya buruk, maka hal negatif tentang tubuhnya akan terus muncul. Oleh karena itu, seseorang perlu mengubah pola pikir dan pendapat terhadap diri sendiri.
Mengubah pola pikir menjadi lebih positif tentu akan membawa dampak baik bagi diri sendiri. Pasalnya, orang yang merasa malu dengan kondisi tubuhnya cenderung akan bersembunyi dan menghindari berinteraksi dengan orang banyak.
Baca juga: Bukan Egois, Ini Pentingnya Utamakan Diri Sendiri
Hal ini tentunya akan mengganggu kehidupan sosial, bahkan hingga menghambat produktivitas diri.
Dengarkan informasi lengkap seputar body shaming dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Ayoe Sutomo: Korban Body Shaming, Apakah Aku Baper?” yang dapat diakses melalui tautan s.id/AnyJiwShaming di Spotify.
Di sana, kamu bisa menemukan berbagai informasi menarik seputar kesehatan mental yang bermanfaat untuk kehidupan personal, sosial, dan asmara.
Akses juga playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kamu tak tertinggal episode terbarunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.