Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2023, 14:37 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Malnutrisi pada anak Indonesia masih menjadi masalah utama.

Bukan hanya stunting, banyak juga anak-anak di berbagai daerah yang mengalami wasting alias kurang gizi.

Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022 menyebutkan, sebanyak 21,6 persen balita, atau satu dari lima anak mengalami stunting dan 7,7 persen balita, atau satu dari 12 anak mengalami wasting.

Baca juga: Stunting: Gangguan Gizi Menahun yang Berawal dari Ketidaktahuan Beruntun

Stunting vs wasting

Stunting adalah kondisi malnutrisi akibat kekurangan asupan bergizi.

Kondisi ini termasuk penyakit yang kronik mengakibatkan kegagalan seorang anak untuk mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya.

"Lebih dari sekedar perawakan pendek," jelas Prof. Dr. Dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), dokter spesialis anak yang juga pakar tumbuh kembang sosial.

Sudah dibuktikan dalam berbagai riset, stunting membuat anak memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, kemampuan fisik yang kurang, performa sekolah yang buruk dan mudah sakit.

Sedangkan wasting adalah kurang gizi hingga gizi buruk yang menandai kurangnya asupan nutrisi yang bersifat akut.

"Wasting terutama pada anak berusia kurang dari dua tahun akan berdampak jangka panjang yang buruk," terang dr. Rini, dalam rilis media yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Serupa tetapi Tak Sama, Ini Perbedaan Stunting, Wasting, dan Underweight

Pasalnya, otak berkembang sangat pesat di dua tahun pertama kehidupan anak, yang bisa terganggu dengan kondisi malnutrisi tersebut.

Pada jangka panjang, ini mengakibatkan menurunnya kecerdasan seorang anak dan menurunnya kualitas hidup saat dewasa nanti.

Dr. Rini, yang juga guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan masalah malnutrisi harus dicegah sejak dini yakni sejak bayi dalam kandungan sampai usia dua tahun.

Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) itu merupakan masa yang paling krusial dan penting untuk kecukupan nutrisi anak.

Baca juga: Pentingnya Stimulasi dan Nutrisi bagi Tumbuh Kembang Anak dalam Masa 1.000 HPK

Ia menyarakan, pastikan melakukan inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan, dan lengkapi imunisasi.

Ilustrasi menu MPASI untuk si buah hati.Dok. Shutterstock Ilustrasi menu MPASI untuk si buah hati.

"Yang sering menjadi periode kritis adalah pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia enam bulan," pesan dr. Rini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com