Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2023, 18:39 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber CNN

KOMPAS.com - Jumlah sperma pria secara global mengalami penurunan lebih dari 50 persen dari rata-rata 99 juta sperma per mililiter (mL) menjadi 47 juta per mL dalam 50 tahun terakhir. Para ilmuwan pun berupaya mencari tahu penyebabnya.

Kombinasi antara faktor polusi udara, racun di makanan dan air, obesitas, dan juga penyakit kronis, bisa berpengaruh. Faktor lain adalah pemakaian ponsel pintar atau gawai.

Menurut studi epidemiologi terbaru, pada pria berusia 18-22 tahun yang menggunakan gawai lebih dari 20 kali dalam sehari beresiko lebih tinggi mengalami penurunan jumlah sperma.

Mengacu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang pria kemungkinan besar membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk mengandung anak jika konsentrasi spermanya di bawah 15 juta per mililiter. Selain itu, persentase peluang hamil akan menurun jika konsentrasi sperma di bawah 40 juta per mililiter.

Baca juga: Tips Meningkatkan Kualitas Sperma agar Istri Cepat Hamil

Pengambilan data itu memang tidak spesifik menyebut apakah para responden itu menggunakan ponselnya untuk menelepon atau berkirim pesan.

Walau kuantitasnya berkurang, namun bentuk dan kemampuan berenang sel sperma ternyata tidak mengalami penurunan.

"Walau jumlah sperma penting, tapi kemampuannya berenang, memiliki bentuk yang tepat dan DNA utuh yang sehat, tak kalah pentingnya," kata pakar kesuburan Alison Campbell.

Radiasi ponsel

Ponsel dan gawai telah menjadi bagian dari hidup orang modern. Namun, ponsel memancarkan medan elektromagnetik frekuensi rendah.

Jika daya pancarnya maksimal, jaringan di sekitarnya mengalami kenaikan suhu 0,5 derajat celcius.

"Ponsel mengirim dan menerima sinyal secara konstan dan sinyalnya akan lebih kuat saat sedang dipakai," kata Dr.Alexander Pastuszak, pakar urologi.

Baca juga: Tips Menjaga Sperma Tetap Sehat Menurut Sains

Namun memang belum jelas apakah gelombang yang dipancarkan ponsel memang merusak kesuburan pria. Hal ini menjadi perdebatan di komunitas sains beberapa tahun terakhir.

Pastuszak yang banyak menangani program bayi tabung mengatakan, sulit menyimpulkan bahwa penurunan jumlah sperma sudah pasti membuat pria tidak subur.

"Sangat sulit membuat kesimpulan definitif dari jenis studi semacam ini karena tidak terkontrol. Bahkan level stres juga berpengaruh pada proses pembentukan sperma dan hormon," katanya.

Ia mengatakan, kesuburan memiliki faktor yang kompleks dan jumlah serta konsentrasi sperma berpengaruh kecil.

"Kualitas sperma yang harus diperhatikan. Jika kualitas sperma kamu bagus maka peluang untuk memiliki anak lebih besar, bahkan jika jumlah spermanya sedikit," katanya.

Baca juga: 5 Cara Mudah Dongkrak Kesuburan Pria

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com