KOMPAS.com - Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang bersikeras mempertahankan hubungannya jelas membuat kita heran, seperti kasus Dokter Qory.
Rasanya sulit memahami keputusan seseorang yang mau kembali bersama pasangannya dalam hubungan yang diwarnai kekerasan.
Tak jarang, hal itu terjadi berulang kali sehingga membuat kita marah, frustasi dan tak ingin peduli lagi.
Baca juga: Dokter Qory Cabut Laporan KDRT, Ini Alasan Korban Sulit Tinggalkan Pelaku Kekerasan
Faktanya, kasus KDRT adalah hal yang sangat kompleks.
Meninggalkan hubungan penuh kekerasan dan pasangan yang melakukan KDRT tidak selalu mudah dan aman.
Data National Domestic Violence Hotline Texas menyebutkan, setidaknya korban KDRT kembali pada pasangannya yang melakukan kekerasan rata-rata tujuh kali sebelum akhirnya benar-benar mampu mengakhiri hubungannya.
Apa pun keputusan korban KDRT pada status hubungan maupun pasangannya, kita harus tetap memberikan dukungan.
Tujuannya untuk memberdayakan mereka agar tetap aman maupun akhirnya mampu memutuskan meninggalkan hubungan bermasalah tersebut.
Baca juga: Kasus Dokter Qory, Ini 4 Fase yang Buat Korban KDRT Sulit Lepas
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan agar tetap mendukung korban KDRT meskipun mereka masih mempertahankan hubungannya, antara lain:
Tingkatkan pengetahuan soal dinamika kasus KDRT agar kita bisa lebih berempati terhadap korban.
Kekerasan sering kali berkaitan dengan kekuasaan dan kendali dengan cara merusak harga diri dan self esteem seseorang.
Ada juga yang melakukannya dengan gaslighting sehingga korban mempertanyakan pemikiran atau pemahamannya sendiri.
Baca juga: 4 Efek Buruk Gaslighting untuk Kesehatan Mental yang Perlu Diwaspadai
Akibatnya, korban KDRT merasa tidak punya pilihan, baik karena ikatan rasa cinta, faktor keuangan, anak, ketakutan, dll.
Pelaku KDRT umumnya adalah manipulator lihai yang mengatur naik turun hubungan sehingga korban mudah terlena dan terjebak.
Sampaikan rasa kepedulian kita secara terbuka pada korban KDRT.