Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

47 Persen Orang Indonesia Punya Perilaku Makan secara Emosional

Kompas.com - 26/01/2024, 11:39 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Sebagian besar masyarakat Indonesia rupanya masih memiliki gaya hidup buruk, terutama soal pemenuhan gizi harian melalui perilaku makan.

Menurut penelitian terbaru yang digagas Health Collaborative Center (HCC), perilaku makan orang-orang di Indonesia masih jauh dari kata mindful eating (makan dengan penuh kesadaran).

Studi bertajuk Mindful Eating Study tersebut dilakukan pada 1.158 responden dari 20 provinsi seluruh Indonesia, dan menghasilkan temuan penting yang menunjukkan, 47 persen atau empat, lima dari 10 orang Indonesia memiliki perilaku emotional eater, atau makan secara emosional.

Jika merujuk maknanya, makan secara emosional adalah kebiasaan seseorang yang kerap menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi dan mengendalikan emosinya, bukan makan karena lapar untuk memenuhi kebutuhan gizi.

"Ini adalah tanda awas yang serius, karena perilaku makan emosional bisa meningkatkan risiko stres dan mengganggu potensi asupan gizi seimbang hingga memicu gangguan kesehatan mental," kata pendiri dan Ketua Tim Peneliti HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH dalam keterangan persnya kepada Kompas.com, Jumat (26/1/2024).

Lebih lanjut, Ray menjelaskan, meskipun jumlah orang Indonesia yang memiliki perilaku makan yang baik (mindful eating) sama banyaknya dengan emotional eater, temuan lain dari survei mengatakan, mereka yang memiliki perilaku makan secara emosional berisiko 2,5 kali lipat mengalami stres tingkat sedang dan berat.

"Artinya, perilaku makan emosional memberi dampak buruk yang beragam, mulai dari potensi gangguan kejiwaan, asupan gizi tidak memadai, turunnya daya tahan tubuh, dan kemudian kondisi ini memperparah perilaku makan emosional itu sendiri," jelas Dr Ray yang merupakan pengajar di Kedokteran Kerja dan Komunitas FKUI.

Baca juga: Awas, Stres Picu Emotional Eating

Pada kasus emotional eater yang lebih parah (very emotional eater), sebaiknya orang tersebut dianjurkan untuk konsul ke praktisi medis atau ahli agar perilaku makan dan status gizinya dipantau lebih lanjut.

Perempuan berisiko tinggi memiliki pola makan emosional

Fakta lain dari survei yang juga dianalisis oleh Research Associate Yoli Farradika, MEpid ini adalah terkait usia orang Indonesia yang memiliki perilaku emotional eating.

Survei menunjukkan, sekitar 49 persen orang dengan pola makan emosional adalah mereka yang berusia di bawah 40 tahun, dan perempuan, dengan risiko menjadi emotional eater mencapai 2 kali lipat.

Begitu pun dengan kondisi diet yang dijalani. Survei itu menemukan, hampir 60 persen orang yang memiliki perilaku makan emosional adalah mereka yang sedang melakukan pola diet, mulai dari diet keto, intermittent fasting, diet golongan darah, hingga diet puasa waktu tertentu.

Hal ini merupakan faktor risiko yang perlu dipelajari lantaran mengingat kecenderungan adanya pola diet yang marak terjadi di masyarakat Indonesia akibat promosi dan publikasi terbuka lewat media.

Baca juga: Saykoji Sebut Dirinya Emotional Eater, Ketahui Tanda-tandanya

Bentuk pergeseran gaya hidup

Dr Ray juga mengatakan, beberapa faktor yang membuat tingginya jumlah orang yang memiliki perilaku emotional eater di Indonesia adalah bagian dari pergeseran gaya hidup di masyarakat modern, peer-pressure (tekanan sosial), status kesehatan jiwa hingga informasi ukuran standar perilaku makan, serta tips kesehatan yang tersebar di media sosial tanpa dilengkapi dengan fakta ilmiah (lebih cenderung ke hoaks).

Melalui survei ini pula, masyarakat perlu mengedepankan pentingnya edukasi, konseling, dan promosi kesehatan komprehensif terkait pola dan perilaku makan yang baik dan benar.

Berbagai langkahnya tak hanya mengacu pada isi atau jenis makanan serta kandungan gizi saja, tetapi juga harus memasukkan aspek perilaku makan agar kesehatan mental tetap terjaga dengan baik.

"Tentu saja, masyarakat harus memiliki perilaku makan yang mindful dan bukan stressful atau emotional. Dampak dari gaya hidup atau pola makan itu sangat luas karena bisa mengarah pada gangguan kesehatan mental juga," papar Dr Ray.

Baca juga: 7 Trik Mindful Eating untuk Makan Lebih Sedikit, Mau Tahu?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com