Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Diabetes Intai Anak yang Doyan Minuman Tinggi Gula

Kompas.com, 20 Februari 2024, 16:05 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Kasus diabetes melitus (DM) pada anak semakin meningkat.

Laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada penelitian yang dilakukan di Bali terhadap anak berusia 12-14 tahun ditemukan setidaknya 3 persen anak dari 431 subyek mengalami DM tipe dua. Dari jumlah itu, sebanyak 76,9 persen mengalami obesitas.

Dari laporan yang diterima IDAI, usia anak dengan DM tipe dua ditemukan pada usia enam tahun.

Baca juga:

Adapun kasus DM tipe dua sangat berkaitan dengan gaya hidup.

”Biasanya DM tipe dua ini ditemukan pada anak yang gemuk,” ujar Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI Muhammad Faizi, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (19/2/2024).

Kebiasaan minum minuman manis

Kebiasaan konsumsi makanan dan minuman yang tinggi kandungan gula seperti susu kental manis ataupun susu berperisa lainnya menjadi salah satu pemicu kebiasaan makan yang keliru pada anak-anak.

Ilustrasi susu kental manis, produk olahan susu yang dibuat dengan dikentalkan dan dijadikan sebagai pelengkap makanan. Pixabay/Irina Ilustrasi susu kental manis, produk olahan susu yang dibuat dengan dikentalkan dan dijadikan sebagai pelengkap makanan.

Tidak hanya beresiko terhadap obesitas dan diabetes, kebiasaan ini juga berdampak terhadap tumbuh kembang anak dalam jangka panjang.

Baca juga:

Dokter spesialis anak RS Permata Depok, dr. Agnes Tri Harjaningrum, MSc., Sp.A, mengatakan paparan gula tinggi pada usia dini juga dapat mengganggu metabolisme tubuh anak dan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan secara keseluruhan.

Kebiasaan konsumsi gula tinggi juga dapat menyebabkan masalah seperti kecanduan minuman dan makanan manis.

"Konsumsi gula tinggi pada usia dini dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya pada masa dewasa," ujar Agnes.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua membiasakan diri memperhatikan label gizi pada produk yang diberikan kepada anak.

Dengan begitu, orangtua bisa lebih bijak dalam memilih makanan dan minuman yang lebih sehat bagi anak.

"Pengurangan konsumsi gula tinggi, termasuk susu kental manis, dapat membantu mencegah berbagai masalah kesehatan di masa mendatang," sambungnya.

Baca juga:

Tidak hanya mengajarkan dan membimbing, penting pula bagi orangtua menjadi role model atau contoh bagi anak dalam memilih makanan dan minuman yang lebih sehat untuk dikonsumsi dan membatasi konsumsi gula.

Ini termasuk membiasakan diri membaca label nutrisi pada produk makanan dan minuman, serta mengajarkannya pada anak.

"Orang tua perlu belajar untuk membaca label dengan cermat dan memahami berapa banyak gula yang terkandung dalam produk yang mereka beli untuk keluarga mereka," kata Agnes.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau