Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Risiko Sering Memarahi Anak, Trauma dan Ganggu Perkembangan Otak

Kompas.com - 17/03/2024, 14:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Tidak dipungkiri, ada sejumlah tingkah laku anak yang memancing emosi orangtua. Terkadang, orangtua memarahi anak karena tidak bisa mengendalikan emosi. 

Namun demikian, sering memarahi anak ternyata memiliki risiko buruk bahkan fatal. Apa saja risiko sering memarahi anak? Simak ulasannya berikut ini seperti dihimpun Kompas.com

Baca juga:

Risiko memarahi anak

1. Anak menjadi trauma 

Psikolog Samanta Elsener menuturkan, orangtua boleh sesekali memarahi anak. Dengan catatan, tidak menggunakan cara-cara yang dapat melukai hati anak, seperti teriakan dan kekerasan. 

“Orangtua boleh memarahi anak sesekali dengan nada yang tidak melengking dan tidak menggunakan kekerasan,” terangnya saat dikonfirmasi Kompas.com, dikutip Minggu (17/3/2024). 

Jika orangtua sering memarahi anak, dikhawatirkan anak menjadi trauma. 

2. Tidak terbuka dengan orangtua

Imbas trauma dengan kemarahan tersebut, anak justru menjaga jarak dengan orangtua. Lambat laun, jarak tersebut mengurangi komunikasi antara anak dengan orangtua, sehingga anak cenderung tertutup. 

“Anak kurang dekat dengan orangtua dan menjadi kurang bisa terbuka,” tutur Samanta. 

Ketika anak tertutup dengan orangtua, mereka enggan terbuka dengan pemasalahan yang sedang dihadapi. Kondisi tersebut dikhawatirkan menimbulkan dampak lebih buruk ke depannya. 

3. Ganggu perkembangan otak 

Melansir dari Healthline, kemarahan orangtua yang disertai dengan bentakan atau teriakan dapat mengganggu perkembangan otak. 

Sebab, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh dibandingkan informasi dan kejadian baik,” bunyi informasi dilansir dari Healthline

Sebuah penelitian membandingkan pemindaian MRI otak dari orang-orang yang memiliki riwayat kekerasan verbal oleh orangtua di masa kanak-kanak, dibandingkan dengan kelompok yang tidak mempunyai pengalaman buruk tersebut. 

Hasilnya, ada perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara dan bahasa. Tidak heran jika Samanta menuturkan bahwa risiko sering memarahi anak dapat menurunkan prestasi belajar mereka. 

“Risiko sering memarahi anak dapat membuat prestasi belajar anak menurun,” tutur Samanta. 

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com