Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Kesulitan ekonomi seringkali menjadi tantangan berat bagi para orangtua, sehingga memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan anak-anak.
Menurut Psikolog Klinis Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog, kesulitan ekonomi bisa mengakibatkan stres finansial yang kemudian akan mengurangi kesabaran orangtua pada anaknya.
"Stres finansial dapat mengurangi kesabaran dan kehangatan dalam interaksi dengan anak," ujar Olphi ketika diwawancarai Kompas.com, belum lama ini.
Namun, sebenarnya akar masalahnya bukan pada perilaku anak secara langsung, melainkan pada tekanan emosional dan kelelahan yang dirasakan orangtua.
Baca juga: PPN Naik Jadi 12 Persen, Jadi Sumber Stres Baru bagi Ibu Rumah Tangga
Bayangkan situasi sederhana di mana seorang ibu yang sudah bersusah payah bekerja mencari nafkah, menghemat setiap pengeluaran, dan memutar otak agar makanan tetap bergizi meski dengan anggaran terbatas.
Proses-proses tersebut memberikan beban emosional dan stres yang menumpuk bagi orangtua.
Terkadang, pelampiasan stres ini kerap dianggap sebagai reaksi perilaku anak. Misalnya, anak menolak makan.
Padahal, amarah itu muncul bukan hanya karena anak tidak mau makan, melainkan akumulasi rasa lelah dan tekanan yang sudah dirasakan sejak awal.
"Bentakan, teriakan, itu kan sebenarnya karena orangtua memiliki kemarahan yang menumpuk," ungkap Disya.
Kemarahan tersebut kemudian keluar dalam bentuk bentakan, teriakan, atau kata-kata kasar kepada anak.
Baca juga: Hati-hati, Marah Berlebihan Bisa Berakibat Anak Jadi Lembek dan Suka Berbohong
Akibatnya, interaksi dengan anak sering kali diwarnai oleh ledakan kemarahan yang sebenarnya mencerminkan stres orangtua, bukan kesalahan anak.
Mereka kehilangan kehangatan yang biasanya mereka berikan kepada anak-anak.
"Pada akhirnya memang punya risiko membuat anak mengalami trauma secara psikologis," pungkas Disya.
Dampak psikologis pada anak dapat berupa merasa bersalah, takut, tidak aman, tidak percaya diri, atau bahkan cenderung berpikiran negatif.
Dalam jangka panjang, hal ini berisiko menciptakan jarak emosional antara orangtua dan anak.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menyadari bahwa tekanan yang mereka rasakan tidak seharusnya dilampiaskan kepada anak.
Baca juga: PPN Naik Jadi 12 Persen, Jadi Sumber Stres Baru bagi Ibu Rumah Tangga
Mencari cara untuk mengelola stres, berbagi beban dengan pasangan atau keluarga, dan memberikan waktu untuk diri sendiri adalah langkah-langkah kecil yang dapat membantu menjaga keseimbangan emosi, meskipun tantangan finansial terus membayangi.
"Meskipun sulit, tapi cobalah untuk tetap memberikan perhatian kepada anak," tutup Disya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang