Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Marah Berlebihan Bisa Berakibat Anak Jadi "Lembek" dan Suka Berbohong

Kompas.com, 16 Desember 2024, 11:15 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Sebagai orangtua, sikap dan perilaku kita berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Salah satu kebiasaan yang perlu diwaspadai adalah terlalu sering memarahi anak. 

Misalnya, jika orangtua sering marah-marah, ada kemungkinan anak meniru perilaku ini dan tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah juga. 

Menurut psikolog Brawijaya Child and Women Clinic Khamsha Noory, dampaknya tidak selalu sama. Sebaliknya, ada juga anak yang justru memunculkan sifat yang berbeda dari orangtuanya, seperti menjadi lembek dan suka berbohong.

"Ada yang jadi tidak mirip. Bapaknya kerap marah, tapi anaknya jadi lembek, gampang di-bully," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Kamis (12/12/2024). 

Baca juga: Anak Sulit Diatur, Bolehkah Orangtua Marah?

2 Dampak Orangtua Kerap Marah Berlebihan

1. Anak Tidak Bisa Membela Diri

Anak yang sering dimarahi di rumah mungkin tidak punya pengalaman membela diri. Ketika menghadapi situasi sulit di sekolah, seperti di-bully, anak tersebut cenderung diam dan menerima perlakuan buruk tanpa perlawanan.

Sebab, orangtuanya ketika marah tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk membela diri. Bahkan, ketika mereka tidak sengaja melakukan suatu kesalahan. 

"Dia tidak membalas temannya, karena selama ini tidak pernah punya pengalaman tentang bagaimana membela dirinya," ungkap Khamsha. 

Baca juga: Cegah Anak Jadi Korban Bullying, Sudahkah Orangtua Peka?

2. Anak Suka berbohong

Selain itu, kebiasaan memarahi anak juga bisa membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang suka berbohong. 

Mungkin orangtua bertanya-tanya, mengapa anaknya menjadi seorang pembohong, padahal mereka sendiri tidak suka berbohong. 

"Kenapa anak saya jadi suka bohong? Di DNA saya harusnya enggak ada DNA suka bohong," tutur Khamsha. 

Namun, kebohongan sering kali menjadi mekanisme pertahanan anak untuk menghindari kemarahan orangtua, dan bukan merupakan keturunan dari orangtua. 

Ketika anak merasa kebutuhannya tidak dipahami atau tidak bebas mengekspresikan dirinya, ia memilih jalan pintas dengan berbohong agar merasa lebih aman.  

"Dia tidak bebas mengekspresikan diri, bahkan valid needs-nya dia. Sehingga, dia akhirnya harus menutupi valid needs-nya dia dengan kebohongan," ungkap Khamsha.  

Baca juga: 5 Kebutuhan Emosional Anak yang Harus Dipenuhi, Orangtua Haru Tahu

Misalnya, ketika anak menyampaikan sesuatu pada orangtua, respons orangtua adalah marah. 

Sehingga, anak takut untuk berkata jujur karena merasa apa pun yang diekspresikannya hanya akan membuat orangtuanya marah. Ia memilih berbohong agar orangtuanya tidak memarahinya. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau