KOMPAS.com - Kecenderungan seseorang untuk berselingkuh ternyata dapat diturunkan secara genetik dari orang tua ke anak.
Namun, faktor biologis bukan satu-satunya penyebab perselingkuhan.
Menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi., Psi., pengalaman masa kecil juga berperan dalam membentuk pola perilaku seseorang dalam hubungan.
Baca juga: Ekstrovert dan Narsistik, Benarkah Lebih Rentan Selingkuh?
Dalam psikologi, lanjutnya, hal ini dijelaskan melalui perspektif transgenerational psychology atau trauma antar generasi.
"Ketika dulu bapaknya peselingkuh, anak laki-laki bisa memiliki pola serupa. Terkadang, tanpa disadari, mereka meniru dengan tidak sengaja," kata Verauli kepada Kompas.com, Selasa (4/2/2025).
Verauli menekankan, perselingkuhan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja.
Namun, dalam banyak kasus, kepribadian seseorang menjadi faktor dominan.
Hal ini juga berlaku dalam kasus di mana seseorang berselingkuh dengan perempuan yang dianggap kurang menarik dibandingkan pasangan sahnya.
"Sering ditemukan bahwa selingkuh dengan 'downgrade' memang hanya untuk bersenang-senang. Ada orang-orang yang tidak memiliki penghayatan sehat tentang hubungan cinta," ujarnya.
Baca juga: 15 Tanda Pacar Selingkuh Saat LDR, Sering Tak Disadari
Selain itu, kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi sejak kecil juga dapat menjadi pemicu.
"Saat kecil, mungkin dia terabaikan secara emosional. Ikatan dengan orang tua tidak terbentuk dengan sehat, sehingga ia terbiasa mencari pemenuhan emosional dari banyak figur."
"Akibatnya, saat dewasa, ia kesulitan menjalin hubungan one-on-one," tutur Verauli.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang