Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.
Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Oleh: Sevira, Roswiyani, dan Monty P. Satiadarma*
MASIH ingat adegan iconic Gwan Sik menghibur putri pertamanya di kapal setelah patah hati atau ketika ia berlari menghentikan kapal yang membawa putranya?
Ya, itulah beberapa potongan sosok Ayah dalam drama korea When Life Gives You Tangerines.
Ayah yang berdaya dalam pengasuhan dapat memberikan dampak positif bagi keluarganya. Keterlibatan aktif oleh para Ayah kepada keluarga, baik istri dan anaknya, dapat meningkatkan perasaan positif di antara anggota keluarga, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Baik ketika Ayah berada bersama keluarga maupun ketika berjauhan.
Di Indonesia, keterlibatan Ayah mengalami peningkatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Adisti F. Soegoto, M.Psi., Psikolog, walaupun sibuk bekerja, tetapi Ayah pada generasi ini menunjukkan perhatian lebih tinggi kepada anak (“Peran Ayah Milenial dalam Pengasuhan Anak, 2020).
Namun, dunia pengasuhan yang dialami oleh para Ayah kerap kali sepi atau diabaikan. Para Ayah yang melibatkan diri kepada anaknya, bukan tidak mungkin justru mendapat stigma negatif dari masyarakat luas.
Sebagaimana disinggung oleh stand-up komedian Dany Beler pada special show-nya yang berjudul Dany Blues, seringkali Ayah dianggap tidak mampu mengurus anak sehingga dikucilkan dari pengasuhan.
Baca juga: Cinta Saja Tak Cukup: Rahasia Pernikahan Tangguh Orangtua ABK
Keinginan Ayah untuk menghabiskan waktu dengan anaknya pun seringkali dibatasi dengan tanggung jawab lain yang dianggap lebih penting untuk dijalani oleh Ayah.
Kondisi-kondisi tersebut membuat dilema pada para Ayah untuk dekat dengan anak-anaknya. Bukan tidak mungkin para Ayah menjadi berjarak pada anak dan keluarganya.
Ada perasaan kecewa karena terus disalahkan dalam usahanya hingga menimbulkan ketiadaan tanggung jawab.
Beban pengasuhan yang kemudian lebih banyak dipikul oleh Ibu, kedepannya dapat membuat konflik keluarga berkepanjangan.
Pada usia sekolah, para Ayah yang berusaha melibatkan diri dengan kegiatan sekolah anak juga kemungkinan menerima pandangan negatif dari pihak sekolah atau kesulitan berbaur dengan orangtua lain yang kebanyakan merupakan para Ibu.
Dampak dari kondisi tidak dekatnya Ayah pada anak dapat berujung pada sikap pengasuhan yang tidak bertanggung jawab.
Para Ayah dapat cenderung terlalu kaku atau terlalu longgar pada anak-anaknya, tidak mendengarkan pendapat anak, dan mengabaikan kebutuhan anak, baik itu fisik maupun emosi.
Oleh karena itu, permasalahan pengasuhan yang dialami oleh Ayah tentu perlu dicarikan solusinya. Selain menurunkan tingkat stres, ayah yang berhubungan dengan pengasuhan juga perlu meningkatkan pengasuhan yang bertanggung jawab.