Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Bisa Menjadikan Serangga Sebagai Makanan?

Kompas.com, 3 Mei 2017, 13:50 WIB
Wisnubrata

Penulis

Anda mungkin pernah mendengar bahwa di Gunung Kidul orang menjual belalang sebagai kudapan. Atau ulat sagu yang dipanggang di Papua adalah salah satu makanan lezat. Tapi terpikirkah Anda untuk mencoba makanan-makanan itu?

Serangga oleh sebagian orang di dunia dianggap bukan makanan. Padahal serangga adalah sumber makanan di planet ini yang paling banyak tersedia. Seandainya dibudidayakan pun, “peternakan” serangga berpotensi menyediakan makanan bagi seluruh manusia di Bumi, dengan sumber daya jauh lebih kecil dibanding pengelolaan peternakan ayam atau sapi misalnya.

Serangga bereproduksi dengan cepat, tidak membutuhkan banyak tempat, dan memakan hampir semua makanan. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah serangga adalah makanan yang sehat? Isu selanjutnya adalah apakah Anda bisa menghilangkan rasa jijik menyantap seekor belalang misalnya.

TRIBUN JOGJA/HAMIM THOHARI Belalang goreng ala Gunungkidul, Yogyakarta. Hama yang jadi berkah ketika diolah jadi kuliner.
Sebenarnya kandungan nutrisi serangga sudah sering diteliti, dan hasilnya menunjukkan bahwa mereka kaya akan asam lemak baik, mineral, dan vitamin. Serangga juga rendah lemak dan kaya protein.

Belalang misalnya, mengandung protein sebanyak daging sapi namun dengan lebih sedikit lemak tiap gramnya. Sedangkan ulat hongkong yang biasa kita umpankan pada burung ternyata mengandung protein, vitamin, dan mineral setara daging sapi dan ikan. Sementara beberapa jenis ulat mengandung lebih banyak protein dibanding paha kalkun. Selain itu, serangga adalah sumber zat besi yang bagus.

Sekelompok peneliti yang dipimpin Dr Yemisi Latunde-Dada dari King’s College di London juga menemukan manfaat zat besi setelah menganalisanya dari serangga-serangga yang sering kita jumpai, seperti jangkrik, belalang, atau ulat hongkong.

Para peneliti itu membuat tepung dari serangga di atas dan mengukur kandungan mineralnya. Hasilnya, jangkrik memiliki kandungan zat besi 12,91 miligram, hampir sebanyak pada daging sapi (15,47 miligram) per 100 gram, sementata tepung gandum utuh hanya mengandung 8,78 miligram.

Jangkrik mengandung kalsium hingga 155,82 miligram, dibanding daging sapi dengan 126,13 miligram. Serangga-serangga itu juga memiliki kandungan zinc dan tembaga lebih tinggi dibanding daging sapi.

kwanchaichaiudom Belalang goreng adalah makanan yang biasa dijumpai di Thailand
Selanjutnya para peneliti mencari tahu seberapa banyak mineral yang bisa diserap tubuh manusia. Mereka mencampur tepung serangga itu dengan enzim-enzim pencernaan untuk menciptakan kondisi seperti di dalam usus.

Hasilnya ditemukan bahwa serapan zat besi dari buffalo worm atau larva kumbang mengalahkan daging sirloin. Begitu juga dengan belalang, ulat hongkong dan jangkrik. Hasil penelitian ini dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry.

Kesimpulannya, jelas bahwa beberapa jenis serangga merupakan makanan sehat bagi manusia. Namun mengapa sedikit saja orang yang doyan makan jangkrik? Menurut Fred Bassett, peneliti makanan di Brigham Young University, kendala utama menjadikan serangga sebagai makanan adalah soal bentuknya, bukan rasanya.

Basset pun berusaha menjdikan tepung jangkrik menjadi produk yang lebih menarik dan bisa diterima kebanyakan orang. Dengan cara itu, ia berharap orang akan mau mencoba menyantap makanan yang sebenarnya adalah belalang, jangkrik, atau ulat hongkong. Mau mencoba?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau