Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lembutnya "Sher Wagyu", Daging Australia dengan Cita Rasa Jepang...

Di dada chef tadi tersemat nama Ery Fahrozy, selain logo dari Pullman Hotel selaku pengelola dari salah satu resto Jepang tertua di Jakarta tersebut.

"Iya nama saya Ery," kata chef itu mengenalkan diri.

Ery mengawali aksinya siang itu dengan menuangkan sedikit minyak yang kemudian disulut dengan api, hingga mengeluarkan jilatan membesar diiringi asap di atas meja panas tersebut.

"Ini teppanyaki. Teppan artinya plat baja dan yaki artinya panggang. Jadi daging ini dipanggang di atas plat baja dengan ketebalan 2,5-3 centimeter," kata dia.

Seluruh kegiatan memasak dilakukan di atas meja panas itu.

Dalam waktu yang tak terlalu lama hidangan teppanyaki dengan bumbu saus teriyaki untuk daging wagyu, Sher Wagyu, tauge yang dimasak dengan kocokan telur, rampung dibuat.

"Bagaimana rasanya?" tanya Ery kepada sejumlah tamu usai mencicipi daging teppanyaki yang dibuatnya.

"Tadi kami memasaknya dengan teriyaki saus. Dan, Teppanyaki citarasanya berbeda dengan daging panggang, karena plat besi tebal membuat daging tak langsung terkena api," sebutnya.

Shabu-shabu

"Ini menjadi hidangan pembuka untuk memperkenalkan daging yang kita pakai, nanti main course-nya dimasak dengan cara shabu-shabu," kata Ery sambil menunjuk ke ruang lain di resto itu.

Ya, wagyu memang identik dengan daging sapi asal Jepang. Namun menu baru yang ditawarkan Kahyangan Resto kali ini mengunakan daging wagyu asal Australia, Sher Wagyu.

"Dulu embrio sapi wagyunya dibawa dari Jepang dan dikembangbiakkan di Australia," kata Pricilia, Public Relations Hotel Pullman Jakarta.

Dengan pengembangan yang serupa seperti di negara asalnya, Sher Wagyu mampu memunculkan cita-rasa khas wagyu Jepang yang terkenal dengan tektur lembut dan rasa yang manis.

"Kami adalah produsen wagyu asal luar negeri pertama yang diterima untuk masuk ke pasar Jepang," begitu kata Jack Sher, yang mempresentasikan daging produksinya.

Orangtua Jack, Nick dan Vicki Sher adalah orang yang pertama kali mengembangkan wagyu Jepang di Australia. Mereka membuka peternakan itu di tahun 1991 di Ballan, Victoria.

Menu Kahyangan Resto

Kini, produk wagyu premium tersebut bisa dinikmati di Kahyangan Resto dalam kemasan paket Endless Brunch, yang dijual seharga Rp 999.000 -sebelum pajak dan layanan.

Paket ini menyajikan wagyu secara freeflow bagi pelanggan. Ada pun hidangan pembukanya adalah rempeyek, wafu salad, spicy edamame, dan salmon nigiri.

Lalu, menu utama shabu-shabu memakai Sher Wagyu yang disajikan bersama sayuran asia, udon serta saus ponzu.

Terakhir, pelanggan akan mendapat suguhan dessert berupa homemade gelato dan minuman segar buah-buahan.

"Kami yakin harga yang kami tawarkan ini sangat kompetitif," kata Pricilia.

Menurut dia, hampir tak ada suguhan shabu-shabu yang menawarkan paket freeflow menggunakan wagyu.

"Kalau pun ada, paling premium beef-lah, bukan wagyu. Tapi di sini pelanggan bisa mendapatkan wagyu lo," ungkapnya.

Saat disantap dengan menggunakan cara shabu-shabu cita rasa khas wagyu memang lebih terasa.

Berbeda dengan rasa dan aroma bakar yang muncul ketika daging tersebut dimasak di teppanyaki.

Irisan daging tipis yang lembut seketika matang begitu dicelupkan dalam air mendidih.

Kelembutan dan rasa manis seketika terasa ketika irisan tersebut disantap sebagai shasimi, alias mentah.

Daging lembut itu seketika meleleh begitu masuk ke mulut lalu mengeluarkan rasa manis.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/03/21/175803020/lembutnya-sher-wagyu-daging-australia-dengan-cita-rasa-jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke