Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sikapi Pelecehan Seksual pada Perempuan dengan Metode 5D

KOMPAS.com - Tindak pelecehan seksual di ruang publik masih sering terjadi, khususnya pada perempuan. Hal ini dibuktikan oleh riset yang dilakukan oleh IPSOS Indonesia pada Januari lalu.

Berdasarkan data, sebanyak 82 persen perempuan Indonesia pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata dari 8 negara lain yang turut disurvei.

Dalam data tersebut juga terungkap bahwa 74 persen responden pernah melihat dan menjadi saksi dari tindak pelecehan seksual. Sayangnya sebanyak 51 persen tidak melakukan apa-apa ketika hal itu terjadi.

Fakta ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena seolah masyarakat 'mendiamkan' tindak pelecehan seksual.

Tapi sebenarnya, sebanyak 91 persen orang mengaku tidak tahu harus melakukan apa ketika melihat tindak pelecehan seksual.

“Seringkali ketika menjadi saksi insiden pelecehan seksual di ruang publik, kita berpikir bahwa tidak dapat membantu. Ini pemikiran yang salah."

Demikian kata Anindya Restuviani selaku Site Leader dan Co-Director of Hollaback! Jakarta dalam acara virtual peluncuran kampanye Stand Up Against Street Harassment, Senin (8/3/2021).

Menurutnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk membantu korban pelecehan seksual. Salah satunya lewat training 5D yang merupakan solusi, aman, praktis dan efektif.

"Metode 5D ini dapat diimplementasikan baik bagi saksi maupun korban pelecehan seksual," tambah Anindya.

Berikut penjelasan terkait 5D.

1. Dialihkan

Ketika melihat ada seseorang yang menjadi korban pelecehan seksual, cobalah mengalihkan perhatian atau mendistraksi korban maupun pelaku.

"Misalnya ketika melihat ada perempuan yang diganggu bapak-bapak, intervensi dengan tanya ke bapak itu seperti, 'Ini alamatnya di mana ya pak'," kata Anindya.

2. Dilaporkan

Cara lainnya adalah melaporkan tindak pelecehan ke orang lain. Tidak harus selalu otoritas berwenang, tapi bisa juga orang sekitar untuk mengonfirmasi tindakan tersebut.

Apabila terbukti ada tindak pelecehan, bisa melakukan intervensi kepada korban dan pelaku secara bersama-sama dengan orang lain.

3. Dokumentasikan

"Ini memang tricky dan frontal. Tapi yang penting, saat ingin menggunakan dokumentasi untuk pelaporan harus dapat persetujuan korban," ujar Anindya.

Tanyakan ke korban apakah dokumentasi tersebut boleh disebarluaskan atau tidak. Jangan sampai dokumentasi malah menjadi bumerang buat korban. Jadi jagalah keamanan korban.

4. Ditegur

Beberapa orang yang memiliki keberanian tinggi biasanya lebih memilih untuk langsung menegur pelaku pelecehan seksual. Tapi sebelum itu, pastikan situasinya aman ketika hendak menegur.

"Silahkan berikan teguran dengan cepat, tegas, jelas, dan jangan berlarut-larut," kata Anindya.

5. Ditenangkan

Cara ini sering kali dilupakan. Padahal korban pelecehan seksual perlu ditenangkan. Tak bisa dipungkiri peristiwa yang dialaminya bisa menyebabkan syok hingga kehilangan kepercayaan diri.

"Kebanyakan kita sering fokus ke pelaku, berpikir apa yang harus dilakukan tapi lupa rasanya menjadi korban," ucap Anindya.

Jadi, bila melihat tindak pelecehan seksual, jangan ragu memberikan ketenangan pada korban. Tanyakan hal-hal seperti apa yang bisa dilakukan, apa perlu ditemani atau tidak, dan lain sebagainya.

Memberikan ketenangan pada korban pelecehan seksual dapat lembuatnya merasa mendapatkan dukungan dan kepercayaan diri lagi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/08/193818820/sikapi-pelecehan-seksual-pada-perempuan-dengan-metode-5d

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com