Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hati-hati, 8 Kebiasaan Diet Ini dapat Merusak Tubuh

KOMPAS.com - Tidak ada yang salah untuk melakukan diet dengan mengonsumsi makanan yang sehat, menggerakkan tubuh, dan tidur cukup karena semuanya sangat penting bagi kesehatan fisik maupun mental.

Namun, jika kita terus-menerus mendengar nasihat diet yang buruk langsung dari budaya diet toksik atau beracun, maka sulit untuk menguraikan mana yang benar-benar sehat dan mana yang tidak.

Meskipun membatasi makanan dan berolahraga tiga kali sehari tampak seperti "lambang kesehatan", pada kenyataannya kebiasaan diet ini bisa sangat merugikan tubuh kita.

Jadi, sebelum melakukan perubahan kebiasaan apa pun dalam hidup, pastikan untuk mengetahui mana saja kebiasaan diet yang merusak kesehatan tubuh.

Nah, oleh sebab itu, simak delapan kebiasaan diet populer yang benar-benar dapat merusak tubuh kita, seperti yang dilansir dari laman Eat This Not That berikut ini.

1. Tidak cukup makan

Jika kita membatasi makanan setiap hari, kemungkinan kita tidak akan cukup makan untuk menopang tubuh dengan baik.

Ahli nutrisi Lisa Young, PhD, RDN mengungkapkan bahwa makan terlalu sedikit dapat memperlambat metabolisme.

"Ini membuat kita lebih sulit untuk menurunkan berat badan. Kita merasa terlalu dibatasi dan kemudian kita cenderung makan berlebihan," ujarnya.

2. Berfokus pada makanan rendah kalori

Terlalu fokus pada makanan rendah kalori biasanya justru akan meningkatkan keinginan pada makanan karbohidrat tinggi.

Menurut ahli nutrisi dari CollegeNutritionist.com, Rachel Paul PhD, RD, makanan tinggi karbohidrat tanpa lemak tidak akan membuat kita kenyang untuk waktu yang lama. Kita pun ingin selalu makan terus.

"Saat menurunkan berat badan, penting untuk memilih makanan yang paling mengenyangkan seperti protein, lemak, karbohidrat, dan serat yang tinggi," terangnya.

3. Memberi label makanan baik dan buruk

Budaya diet yang toksik ingin kita percaya bahwa ada makanan "baik" dan makanan "buruk" di luar sana.

Mengonsumsinya membuat kita mengasosiasikan diri kita dengan emosi tersebut. Kalau kita makan makanan sehat, kita "menjadi baik", jika tidak maka kita akan "menjadi buruk".

Kebiasaan diet yang populer ini dapat menyebabkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik.

"Ini hanya menimbulkan banyak kekhawatiran seperti menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman dan dapat menyebabkan obsesi terhadap makanan," kata Cheryl Mussatto, MS, RD, LD dari Eat Well to Be Well.

Bagi dia, jenis pemikiran ini tidak membantu seseorang mempelajari kebiasaan makan yang sehat.

"Ketika seseorang membatasi makanan atau tidak menanggapi rasa lapar tubuh, ini dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut seperti sembelit atau bahkan dehidrasi jika dia juga membatasi cairan," jelasnya.

4. Melihat olahraga sebagai hukuman

Sepertinya respons umum saat mengonsumsi makanan yang memanjakan adalah "membalasnya" dengan berolahraga dan membakar kalori.

Dengan pola pikir seperti ini, berolahraga dipandang sebagai hukuman karena menikmati makanan yang dapat berdampak negatif pada hubungan kita dengan bergerak.

"Penelitian telah menunjukkan bahwa tidak semua olahraga diperlukan untuk menurunkan berat badan, meskipun tentu saja olahraga bermanfaat untuk banyak alasan lain," kata Paul.

"Sebaliknya, pilih jenis olahraga yang kita sukai. Misalnya berjalan kaki, menari, yoga, dan semuanya penting untuk menurunkan berat badan," ungkap dia.

5. Menjadi sangat rendah karbohidrat

Seorang ahli nutrisi dari Balance One Supplements, Trista Best, MPH, RD, LD mengatakan bahwa diet ketogenik bisa menjadi pendekatan yang merusak tubuh dalam menurunkan berat badan.

Kondisi yang dikenal sebagai ketoasidosis ini dapat terjadi setelah tubuh kekurangan karbohidrat sebagai bahan bakar untuk waktu yang lama dan mengakibatkan jumlah keton yang berlebihan membilas tubuh.

"Arus keton ini dapat membuat keadaan syok dengan efek samping mulai dari gangguan suasana hati, ruam, dan bahkan kegagalan organ," terangnya.

Best juga menunjukkan bahwa sembelit adalah efek samping yang umum dari diet keto. Sementara, sebagian besar serat makanan berasal dari karbohidrat dalam makanan yang membantu masalah pencernaan dan buang air besar.

6. Melakukan cheat meal

Bukan berarti kita tidak boleh mengonsumsi makanan yang kita sukai, tetapi pola pikir seputar cheat meal inilah yang menyebabkan masalah dengan diet kita.

"Jika kita merasa membutuhkan cheat meal, ini pertanda pasti bahwa kebiasaan makan kita terlalu ketat," kata ahli nutrisi dan manajer proyek di Noom, Rebecca Washuta.

"Jenis pendekatan makanan dan penurunan berat badan ini biasanya tidak berkelanjutan, serta dapat menghasilkan kembali berat badan yang telah kita turunkan," sambung dia.

Hal ini akan kembali ke label yang kita tempatkan pada makanan kita. Ketika suatu makanan diberi label sebagai "buruk," maka kita merasa dirampas darinya dan ingin memilikinya untuk cheat meal.

Namun, Washuta mengatakan penting untuk menghilangkan label makanan dan tidak mengkategorikan makanan apa pun sebagai terlarang.

"Ketika kita belajar untuk menghormati keinginan dan membiarkan diri kita menikmati makanan yang kita sukai dengan penuh perhatian, tidak perlu cheat meal," jelasnya.

"Sebaliknya, kita dapat menemukan keseimbangan yang dipersonalisasi dengan semua makanan dan tetap mencapai tujuan kebugaran kita," tambah dia.

7. Menghilangkan seluruh kelompok makanan

Ahli nutrisi dari MyNetDiary, Brenda Braslow, RD, MS mengatakan bahwa menghilangkan kelompok makanan sepenuhnya seperti biji-bijian, produk susu, atau buah dapat membuat kita kekurangan nutrisi.

"Menghilangkan biji-bijian dapat mengakibatkan energi yang sangat rendah karena asupan karbohidrat yang rendah mengakibatkan kekurangan vitamin B dan asupan zat besi. Karbohidrat adalah sumber energi yang disukai tubuh," ungkapnya.

Hal yang sama berlaku untuk semua jenis nutrisi. Braslow menunjukkan bagaimana asam folat yang tidak mencukupi dapat menyebabkan masalah dengan kesehatan prenatal.

Selain itu, asupan zat besi yang tidak memadai dapat menyebabkan anemia dan menghilangkan serat dapat menyebabkan sembelit, serta meningkatkan risiko kanker usus besar.

8. Melompat dari satu mode diet ke diet lainnya

Istilah ini disebut diet yo-yo, di mana kita bolak-balik antara periode waktu mencoba diet ketat dan periode waktu makan secara normal.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan seseorang untuk dapat membaca kebutuhan nutrisi tubuhnya.

Menurut Braslow, mengikuti diet ketat selama bertahun-tahun membuat seseorang dapat benar-benar kehilangan kontak dengan sinyal internal dari rasa lapar dan kenyang.

"Kita mungkin juga akan melupakan seperti apa nutrisi yang sehat itu dan berakhir dengan diet yang tidak seimbang karena memiliki begitu banyak makanan yang dibatasi," tuturnya.

"Hal ini dapat menyebabkan siklus penurunan berat badan yang tidak sehat. Fluktuasi berat badan yang ekstrim selama bertahun-tahun dapat mengganggu mental dan menyebabkan persentase lemak tubuh yang semakin tinggi," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/27/142034720/hati-hati-8-kebiasaan-diet-ini-dapat-merusak-tubuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke