Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hindari 5 Hal Ini Agar Anak Jadi Pribadi yang Bertanggung Jawab

KOMPAS.com – Orangtua selalu memiliki keinginan untuk melindungi dan membuat anak mereka hidup bahagia.

Untuk mencapai keinginan itu, terkadang orangtua melakukan segala hal demi anak, mulai dari melindungi anak dari kesulitan, menyerah terhadap permintaan anak, hingga membersihkan segala kekacauan yang dibuatnya.

Padahal, sikap terlalu melindungi dan memanjakan akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki rasa bertanggung jawab.

Anak yang memahami sikap bertanggung jawab akan bisa membedakan mana tindakan yang baik dan kurang baik.

Sikap tanggung jawab harus diajarkan sedini mungkin, di mulai dari hal-hal sederhana. Misalnya membereskan mainan setelah dipakai atau meletakkan pakain kotor di tempatnya. Seiring usia, tambah skala tanggung jawabnya, misalnya dengan belajar memelihara hewan di rumah.

Berikut daftar lima hal yang harus dihindari orangtua agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, seperti dilansir dari Moms.

1. Menyalahkan orang lain

Tidak jarang kita mendengar anak mengatakan kalimat menyalahkan, seperti “Mereka mulai duluan!” atau “Adik membuatku melakukannya!”

Biasanya, anak mengatakan kalimat seperti ini untuk melempar kesalahan pada orang lain dan lari dari tanggung jawabnya.

Sayangnya, semakin sering anak melakukan ini, semakin sering mereka melakukan “playing victim” dan menolak untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Untuk mengatasinya, lebih baik ajarkan anak kita cara menggunakan “I Statements” atau gaya berkomunikasi yang memfokuskan pada perasaan atau kepercayaan. 

Ada tiga hal yang penting dalam konsep I Statement, yaitu "aku merasa (nama emosi)....",  "ketika (kejadian) ....", "karena (apa yang dirasakan) ...." 

Pekerja sosial klinis berlisensi Amanda J. Zaidman dari Constructive Parenting, berpendapat bahwa "I Statements" dapat menolong anak menempatkan respons mereka dalam suatu konteks situasi dan menolong mereka untuk melihat peran mereka dalam suatu peristiwa.

“I statement” juga bisa berperan penting saat seorang anak merasa marah atau kecewa akan suatu hal yang mana mereka berpean di dalamnya.

Jadi, alih-alih playing victim, "I Statements" dapat membuat anak menghindari perilaku menyalahkan orang lain dan belajar bertanggung jawab.

2. Melindungi anak dari konsekuensi alami

Sebagai orangtua, tentu kita ingin melindungi anak dan membuat mereka hidup senyaman mungkin saat tumbuh dewasa. Karena itu, terkadang orangtua melakukan berbagai hal untuk menolong anak menghindari pengalaman tidak menyenangkan dan konsekuensi alami dari perilakunya.

Namun, anak sebenarnya perlu menerima konsekuensi alami atas keputusan buruk yang dilakukannya. Sebab, anak akan belajar apa yang akan menimpanya jika melakukan sesuatu yang salah.

Faktanya, American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa konsekuensi logis dan sederhana dapat menolong anak mempelajari bagaimana mengatur perilaku mereka dan membuat keputusan sendiri.

Anak juga akan belajar bertanggung jawab atas konsekuensi alami ini lebih baik jika kita tidak berusaha untuk melindunginya.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Misalnya, tidak memaksa ketika anak ngotot keluar tanpa jaket saat udara dingin. Mereka akan belajar menerima konsekuensinya, kedinginan, karena tidak mendengarkan nasihat Anda.

Seiring berjalannya waktu, momen ini akan membuat anak beradaptasi dan membuat pilihan hidup yang lebih cerdas.

3. Mudah menyerah

Sama seperti saat kita membantu anak untuk menghindari konsekuensi alami, orangtua kerap menyerah terhadap permintaan anak karena ingin anak tetap senang.

Hal ini mungkin dilakukan karena kita tidak menyadari adanya bahaya langsung dari membelikan anak makanan atau mainan setiap pergi ke sebuah toko.

Kita juga ingin menghindari potensi amukan yang bisa dilakukan anak saat permintaannya tidak dipenuhi.

Namun, saat kita terlalu sering memenuhi keinginan anak, tanpa sadar kita membuat suatu dunia yang tidak realistis baginya.

Anak mulai mengira bahwa semua orang akan melayani mereka apa pun yang terjadi. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah serius saat mereka tumbuh dewasa.

Namun, jika kita tidak mudah menyerah pada setiap permintaan anak dan mulai mengajarkan cara untuk memperoleh sesuatu, artinya kita telah mengajari mereka nilai dari etos kerja dan tekad.

Etos kerja dan tekad dapat membantu anak bagaima cara bertanggung jawab dan melihat peran mereka dalam berbagai situasi.

4. Menghindari emosi negatif

Banyak orangtua mencoba tidak menunjukkan tangis, rasa ketakutan, atau berusaha tidak berbicara dengan nada tinggi di depan anak mereka dengan tujuan melindungi.

Orangtua selalu beranggapan bahwa bahwa anak hanya perlu melihat kebahagiaan dan emosi positif agar tidak merasakan sakit, sedih, ketakutan, atau ketidaknyamanan.

Namun, emosi negatif sama normalnya dengan emosi positif. Anak perlu melihat kita menangis atau marah, sama seperti melihat kita tertawa dan tersenyum agar belajar kalau emosi merupakan respons alami dari suatu peristiwa.

Menghadapi emosi negatif juga membantu anak belajar mengidentifikasi dan mengatur perasaan mereka, yang merupakan komponen penting untuk menerima tanggung jawab.

5. Membereskan kekacauan yang dibuat anak

Terkadang, kita merasa akan lebih mudah untuk melakukan semua hal bagi anak kita, termasuk membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Sayangnya, hal ini salah. Sebab, ini sama saja dengan mengajari anak bahwa seseorang akan melakukan semua hal untuknya dan mereka tidak perlu bertanggung jawab atas perilakunya.

Alih-alih membereskan kekacauan anak, orangtua sebaiknya mengajarkan anak untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Bahkan, tim dari Aha! Parenting menyebut bahwa mempelajari cara bersih-bersih sejak udia dini akan menolong anak lebih bertanggung jawab dan mandiri saat dewasa.

Mungkin, Anda perlu menolong mereka pada awalnya. Namun perlu diingat, kita harus menekankan pada anak bahwa semua orang membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Setiap orangtua, bahkan orangtua yang sangat penuh kasih sayang, bisa dan harus mengajari anak bagaimana cara bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat.

Sayangnya, banyak orangtua yang merasa bersalah saat melakukannya. Namun dengan menghindari lima perilaku di atas, kita bisa membuat anak tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/11/131402320/hindari-5-hal-ini-agar-anak-jadi-pribadi-yang-bertanggung-jawab

Terkini Lainnya

Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com