Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tabir Surya dapat Menjadi Racun Setelah Dua Jam Pemakaian, Mengapa?

KOMPAS.com – Tabir surya atau sunscreen memang dapat mencegah kulit kita terpanggang matahari dan mencegah kerusakan kulit. Namun, bagaimana jika tabir surya yang kita pakai malah menjadi beracun bagi kita?

Ternyata, itu bisa benar-benar terjadi. Setidaknya menurut sebuah studi baru yang melibatkan para ilmuwan di Oregon State University.

Disebutkan tabir surya dengan dengan seng oksida (zinc oxyde) dapat kehilangan keefektifannya dan menjadi beracun setelah dua jam terpapar radiasi sinar ultraviolet.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal 'Photochemical and Photobiological Sciences' itu menganalisis toksisitas pada ikan zebra, ikan yang memiliki kesamaan tingkat molekuler, genetik, dan seluler yang sama dengan manusia, membuat hasil penelitiannya cukup relevan.

Pasar sunscreen global diprediksi bernilai lebih dari 24 miliar dolar AS atau sekitar Rp 341 triliun pada akhir dekade ini.

Tiga peneliti, yaitu Robyn Tanguay dan Lisa Truong dari fakultas Ilmu serta rekan mereka, Claudia Santillan, mencoba mencari tahu tentang seberapa stabil, aman, dan efektif bahan tabir surya dalam kombinasi dan bukan sebagai kompinen individu, seperti saat disetujui oleh Food and Drug Administration?

Bagaimana dengan keamanan produk kimia yang dihasilkan dari reaksi yang disebabkan oleh paparan sinar matahari?

Tanguay yang merupakan professor dan pakar internasional di bidang toksikologi itu  berpendapat, tabir surya adalah produk yang membantu mengurangi paparan sinar UV dan kanker kulit, meski belum jelas apakah penggunaan beberapa formulasi tabir surya memiliki toksisitas yang tidak diinginkan akibat interaksi antara beberapa bahan dan sinar UV.

Pemikiran bahwa tabir surya aman berasal dari banyaknya produk yang menggunakan bahan banyak bahan, namun membatasi yang lain.

Terkadang, hal ini dilakukan berdasarkan data yang terbatas. Misalnya saja, oxybenzone yang telah dihentikan produksinya karena khawatir akan merusak terumbu karang.

"Tabir surya yang mengandung senyawa anorganik seperti seng oksida atau titanium dioksida yang menghalangi sinar UV, kerap dipasarkan sebagai alternatif yang aman pada  senyawa molekul kecil organik yang menyerap sinar UV," kata Tanguay.

Tim ilmuwan akhirnya membuat lima campuran yang mengandung filter UV, bahan aktif dalam sunscreen, dari berbagai produk yang tersedia di Amerika Serikat dan Eropa.

Mereka juga membuat campuran tambahan dengan bahan yang sama, ditambah seng oksida dalam jumlah lebih sedikit dari yang direkomendasikan secara komersial.

Lalu, para peneliti membuat campuran tersebut terpapar radiasi ultra violet selama dua jam dan menggunakan spektroskopi untuk memeriksa fotostabilitasnya, alias meneliti  apa yang dilakukan sinar matahari terhadap senyawa dalam campuran dan kemampuan pelindung UV-nya.

Tak hanya itu, para ilmuwan juga melihat apakah radiasi UV menyebabkan salah satu campuran menjadi racun bagi ikan zebra, organisme yang banyak digunakan dunia penelitian.

Ikan tersebut diteliti mulai dari telur hingga berenang dalam lima hari, sampai ditemukan bahwa campuran yang terpapar UV tanpa seng oksida tidak menyebabkan perubahan signifikan pada ikan.

“Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa tabir surya dapat bereaksi dengan cepat di bawah paparan sinar UV, sehingga cukup mengejutkan betapa sedikitnya pengujian toksisitas yang telah dilakukan pada produk fotodegradasi," kata Truong.

"Temuan kami menunjukkan bahwa formula berbasis molekul kecil yang tersedia secara komersial, yang merupakan dasar dari formula yang kami pelajari, dapat digabungkan dalam rasio bahan berbeda yang meminimalisir fotodegradasi,” tambahnya.

Kendati demikian, para ilmuwan melihat adanya perbedaan besar dalam fotostabilitas dan fototoksisitas ketika partikel seng oksida ditambahkan, baik dalam nanopartikel atau mikropartikel yang lebih besar.

"Terlepas dari ukurannya, seng oksida mendegradasi campuran organik dan menyebabkan hilangnya lebih dari 80 persen perlindungan filter organik terhadap sinar ultraviolet-A. Sinar ini merupakan 95 persen radiasi UV yang mencapai bumi," kata Santillan.

Santilan juga menambahkan bahwa produk fotodegradasi yang diinduksi seng-oksida menyebabkan peningkatan yang signifikan terhadap kecacatan ikan zebra yang digunakan untuk menguji toksisitas.

“Itu menunjukkan bahwa partikel seng oksida dapat menyebabkan degradasi yang dapat membahayakan ekosistem perairan dan lingkungan," ujarnya.

Dia juga terkejut bahwa kelima campuran molekul kecil iitu ternyata photostable. Namun, ia tidak terkejut bahwa menambahkan partikel seng oksida ke dalam campuran itu dapat menyebabkan racun saat terpapar sinar UV.

"Temuan ini akan mengejutkan banyak konsumen yang disesatkan oleh label 'bebas nano' pada tabir surya berbasis mineral yang menyiratkan bahwa tabir surya aman hanya karena tidak mengandung partikel yang lebih kecil," katanya.

Karena itu, yang lebih penting dari ukuran adalah identitas logam, struktur kristalnya, dan lapisan permukaannya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/24/203500420/tabir-surya-dapat-menjadi-racun-setelah-dua-jam-pemakaian-mengapa-

Terkini Lainnya

Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com