Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Sederhana Menanamkan Rasa Tanggung Jawab pada Anak

KOMPAS.com - Banyak yang mengatakan bahwa millennial dan Gen-Z merupakan produk “gagal’” pola asuh orang tuanya.

Generasi ini kerap dianggap sulit bertanggung jawab dalam pekerjaan karena terlalu sering mendapatkan pujian sepanjang hidupnya.

Kesulitan menangani generasi ini bertambah saat performa mereka tidak memenuhi standar dan manager perlu melakukan pelatihan yang sulit.

Rupanya untuk menghindarkan anak menjadi orang dewasa yang buruk dan tidak bisa bertanggung jawab, ada yang harus dilakukan orangtua.

Dilansir dari Inc, kuncinya adalah membuat anak paham bahwa semua keputusan yang dibuat memiliki konsekuensi, entah itu baik atau buruk.

Misalnya, saat anak tidak mau merapikan kamarnya, konsekuensinya adalah ia tak boleh menonton TV.

Hasilnya, anak akan merapikannya.

Memang, mungkin orangtua akan merasa kasihan dan tak ingin membuat hidup anaknya susah sehingga tak tega untuk memberi hukuman.

Namun jika ingin mengajari anak bahwa keputusan memiliki konsekuensi, orangtua perlu tegas dan memenuhi janjinya.

Jadi, jika anak menolak untuk membereskan kamarnya, segera cabut kabel TV atau konsol game favoritnya.

Dengan ini, anak tak akan lagi menolak untuk merapikan kamarnya karena tak ingin kehilangan waktu untuk menonton TV atau bermain game.

Dengan mengetahui konsekuensi dari tindakannya, kebiasaan ini akan terbawa hingga anak dewasa.

Mulai dari belajar untuk ujian atau mengerjakan tugas sekolah, anak akan mulai paham bahwa apa yang ia lakukan atau tidak ia lakukan akan memiliki akibat.

Intinya, jika sudah siap untuk menerima konsekuensi dari suatu tindakan, anak bisa melakukannya.

Anak juga perlu memahami bahwa keputusan yang ia ambil dapat membentuk atau membatasi opsi yang ada dalam hidupnya.

Misalnya, jika rajin mengerjakan tugas dan mendapatkan nilai bagus, makan kemungkinann diterima di universitas akan lebih besar.

Atau, dengan rajin belajar, kesempatan karir akan lebih luas. Pekerjaan yang lebih baik artinya bisa membuat kita memilih tempat tinggal yang baik dan lebih bebas memilih gaya hidup, kan?

Sayangnya, tidak semua orang mempelajari hal itu sejak dini.

Jim Schleckser, CEO dari Inc mengatakan bahwa ia sempat menangani seorang pemuda yang meminta career coaching.

Pemuda itu dibesarkan di keluarga kaya dan tak pernah menghadapi konsekuensi atas keputusannya.

Hasilnya, ia tak pernah belajar membatasi opsi untuk masa depannya.

Misalnya, ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan bepergian dan berpesta ke luar negeri selama beberapa tahun.

Saat pulang, ia mengambil satu-satunya pekerjaan yang tersedia untuknya, yaitu sebagai salesperson. Namun, ia segera mengindurkan diri karena tidak suka saat manager-nya memintanya untuk bekerja lebih baik.

“Nasihat terbaik yang bisa saya berikan adalah kembali kuliah atau menjadi sales person yang baik,” ujar Schleckser.

“Saya frustasi dan kecewa karena tak bisa membantunya lebih banyak,” tambahnya.

Mulai dari sekarang

Jadi intinya, jika ingin anak kita memiliki hidup produktif dan bahagia di masa depan, ajari mereka bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi sejak dini.

Belajar menunda kepuasan sejak dini kemungkinan akan mengajari anak bahwa untuk mendapat apa yang diinginkannya butuh usaha tertentu.

Selain pada anak, trik ini bisa diterapkan untuk karyawan juga,

Pada akhirnya, anak dan karyawan akan berterima kasih, tak peduli seberapa menyakitkan rasanya ia menunda keinginannya pada awalnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/28/115714820/cara-sederhana-menanamkan-rasa-tanggung-jawab-pada-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke