Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Cara Terapkan Kembali "Work Life Balance" Usai Libur Lebaran

KOMPAS.com – Pekerjaan yang ditinggal selama beberapa hari untuk merayakan Lebaran bisa saja menumpuk.

Akibatnya kita harus menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus di pekan pertama masuk kerja setelah Lebaran.

Bagi orang yang ambisius, mereka mungkin tidak mempermasalahkan banyaknya waktu yang dibutuhkan agar pekerjaannya selesai.

Tapi, bagi mereka yang mengutamakan work life balance, hal itu akan terasa memberatkan.

Pentingnya work life balance

Work life balance perlu diterapkan kembali usai libur Lebaran agar kita tidak menghabiskan seluruh waktu hanya untuk bekerja.

Kita bisa memberi batasan antara urusan kantor dengan waktu pribadi supaya memiliki kesempatan untuk menikmati hidup.

Evaluasi di kemudian hari juga bisa dilakukan apabila kita merasa gagal memisahkan urusan kantor dan kesehatan mental.

“Kita perlu mengevaluasi secara serius apa yang menyebabkan stres dan bagaimana mengelolanya," kata psikolog asal Cleveland Clinic, Amy Sullivan, PsyD.

“Selain situasi darurat, tidak ada yang harus didahulukan sebelum kesehatan atau hubungan Anda sendiri,” tambah Sullivan.

Walau selama beberapa hari libur, ada baiknya kondisi tubuh juga diperhatikan jika kebiasaan kerja terlalu keras terulang lagi setelah Lebaran.

Alasannya, ada sejumlah risiko penyakit yang mengintai apabila kondisi kesehatan dikesampingkan.

Seperti meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik dan stroke jika bekerja lebih dari 55 jam seminggu.

Fakta itu terungkap usai WHO dan ILO melakukan sebuah studi pada bulan September 2021 yang lalu.

Selain itu, terlalu banyak bekerja dapat meningkatkan risiko hipertensi, nyeri otot, dan memengaruhi sistem kekebalan.

Perlu diingat juga bahwa gagalnya menerapkan work life balance bisa menyebabkan kelelahan.

Hal itu merupakan suatu kondisi yang membuat kita sangat lelah sehingga pekerjaan yang mudah pun terasa membebani.

Cara menerapkan kembali work life balance

Agar tidak “keasyikan” bekerja, simak cara-cara menerapkan work life balance setelah Lebaran. Simak yang berikut ini.

1. Pisahkan kepentingan pekerjaan dan pribadi

Seringkali kita menggunakan rumah sebagai tempat kerja, misalnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung saat di kantor.

Kebiasaan tersebut sebenarnya tidak baik karena dapat menyebabkan lebih banyak stres.

Akibatnya kita menganggap ruang tamu atau kamar yang biasa digunakan untuk family time sebagai “kantor”.

Supaya stres tidak semakin meningkat, kita dapat menyediakan area khusus untuk bekerja.

Seperti menyiapkan ruangan, meja, dan kursi yang terpisah dari kamar yang ada di dalam rumah.

2. Letakkan ponsel pintar

Ponsel pintar memang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tapi, ada baiknya kita berani untuk membatasi waktu penggunaannya.

Walau terlihat sepele keputusan itu dapat mengurangi stres yang diakibatkan dari terus-menerus menanggapi chat atau email.

Terlalu lama menggunakan ponsel pintar di sisi lain juga mengganggu hubungan dengan keluarga dan mempersulit tidur.

3. Bekerja lebih efisien di kantor

Pekerjaan akan cepat selesai bila kita menyelesaikannya satu per satu secara fokus.

Beberapa orang mungkin memilih untuk multitasking walau cara ini sebenarnya malah memperlama waktu kerja.

Supaya pekerjaan lebih fokus, cobalah untuk menyingkirkan ponsel pintar jika memungkinkan.

Atau, setel saja dalam mode hening dan matikan notifikasi tidak penting yang bisa mengganggu konsentrasi.

4. Merawat diri

Salah satu tanda work life balance yang bekerja dengan baik adalah tersedianya waktu untuk berolahraga.

Keputusan itu baik untuk dilakukan supaya tubuh tetap sehat, bugar, dan terhindar dari stres.

Pilih dan rencanakan juga makanan bergizi dan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga sebagai bagian untuk merawat diri.

5. Berlibur (lagi)

Jatah atau hari libur sebaiknya digunakan dan jangan sampai menumpuk dari tahun ke tahun.

Kesempatan itu bisa digunakan untuk istirahat, bertemu teman, tidur, menonton film, atau makan malam.

6. Tetapkan batasan

Terkadang atasan punya sifat tidak mau tahu alias saat hari libur pun mereka tetap memberi kita pekerjaan tambahan.

Tentu hal tersebut melanggar komitmen jam kerja perusahaan dan kita harus berani memberi tahu atasan.

Cobalah untuk menjelaskan bahwa kita tidak akan membalas email atau chat saat akhir pekan atau libur karena berkumpul bersama keluarga.

Luangkan juga waktu untuk membuat daftar hal-hal yang membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan tidak membuat stres.

7. Berkonsultasi

Konsultasi bisa menjadi jalan keluar apabila di kemudian hari kita mengalami stres yang sangat mengganggu.

Jangan ragu untuk berbicara dengan terapis atau profesional kesehatan lainnya untuk membantu kita mengelola stres.

Tanda work life balance bermasalah

Ada tanda-tanda yang bisa dicatat apabila di kemudian hari kita merasa work life balance belum berhasil dilakukan.

Simak yang berikut ini.

1. Tidak memerhatikan diri sendiri

Terlalu keras bekerja dapat menyebabkan sulit tidur, kebiasaan begadang, makan makanan tidak sehat, atau malah tidak makan sama sekali.

Selain itu, kita akan kesulitan untuk pergi ke dokter saat sakit atau memiliki masalah kesehatan jika terlalu banyak waktu pribadi yang dikorbankan untuk bekerja.

2. Kesehatan mental menurun

Tanda-tanda kesehatan mental menurun bisa dirasakan saat mengalami kecemasan atau depresi.

Hal itu akan dibarengi dengan perasaan mudah marah, tersinggung, takut, gelisah, putus asa, serangan panik, moody, bahkan ingin bunuh diri.

3. Menganggap pekerjaan tidak penting

Pekerjaan mungkin tidak lagi terasa berarti dan menyebabkan hubungan dengan kolega dan klien terputus.

4. Merasa tidak kompeten

Terlalu lelah bekerja akan memunculkan pikiran selalu tertinggal. Ini dapat berakibat pada menurunnya kualitas pekerjaan.

Stres dapat menyebabkan kita khawatir tentang kinerja di kantor, bahkan takut jika sewaktu-waktu dipecat.

5. Tidak ada batasan yang jelas antara pekerjaan dan rumah

Selama pandemi batasan antara pekerjaan dan rumah menjadi kabur karena WFH.

Kita pastinya merasakan kesulitan membagi waktu antara jam kerja, libur dan mengurusi kepentingan rumah.

Hal itu dapat diperparah apabila lingkungan kerja tidak mendukung pola yang sehat.

Misalnya tetap mengirimi email atau menelpon karyawannya kendati mereka sedang mengambil cuti atau menikmati akhir pekan.

6. Merasa kesepian

Rasa kesepian dapat muncul walau kita tetap terhubung dengan ponsel pintar dan ditemani oleh orang lain.

Rasa kesepian menyebabkan seolaah-olah kita tidak memiliki waktu dan energi untuk berinteraksi bersama keluarga atau teman.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/11/060000120/7-cara-terapkan-kembali-work-life-balance-usai-libur-lebaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke