Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Tinggi Badan Dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Tertentu?

KOMPAS.com - Tinggi badan seseorang diyakini dapat memengaruhi risiko berkembangnya penyakit tertentu.

Misalnya, alzheimer dan penyakit jantung yang dianggap erat kaitannya dengan orang bertubuh tinggi dan diabetes tipe-2 yang diyakini lebih berisiko bagi mereka yang bertubuh pendek.

Kendati demikian, banyak penelitian yang tidak menjelaskan apakah tinggi badan tersebut merupakan faktor utama yang meningkatkan risiko atau tidak. Biasanya, nutrisi dan faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab utamanya.

Namun, baru-baru ini, tim peneliti dari Rocky Mountain Regional VA Medical Center  menemukan bukti bahwa tinggi badan memang dapat memengaruhi risiko penyakit tertentu.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal PLOS Genetic tersebut, para peneliti mengidentifikasi beberapa kondisi yang sebelumnya tidak dikaitkan dengan tinggi badan, termasuk neuropati perifer dan ulkus tungkai dan kaki.

Dilaporkan, para peneliti memeriksa data genetika dan tinggi badan dari database VA Million Veteran Program dengan dipimpin oleh Dr. Sridharan Raghavan, asisten profesor di Rocky Mountain Regional VA Medical Center di University of Colorado Anschutz Medical Campus.

Database tersebut memiliki informasi dari lebih dari 200.000 orang dewasa kulit putih dan lebih dari 50.000 orang dewasa kulit hitam.

Para peneliti pun memeriksa lebih dari 1.000 kondisi dan sifat yang ditemukan dari database tersebut lewat metode menghubungkan data dengan tinggi badan seseorang.

Hasilnya, ditemukan bahwa tinggi badan orang dewasa dapat dikaitkan dengan lebih dari 100 ciri klinis, termasuk beberapa kondisi medis.

Misalnya, adanya hubungan antara tinggi badan yang lebih tinggi dengan peningkatan risiko terjadinya ulkus tungkai dan kaki, neuropati perifer, serta gangguan peredaran darah vena.

Namun, Dokter Raghavan sendiri mengatakan bahwa temuan itu sebenarnya tidak mengejutkan.

Pasalnya, pertumbuhan dan metabolisme yang terkait dengan tinggi badan memang sering terhubung dengan banyak aspek kesehatan.

"Dalam beberapa kasus, asosiasi yang kami amati mungkin ada hubungannya dengan proses biologis yang terjadi karena pertumbuhan, tinggi badan, dan fisiologi," ujarnya.

Sementara itu, dalam beberapa kasus lain, dikatakan hubungan tersebut disebabkan adanya efek fisik tingginya tubuh seseorang,

Lalu, jika dikaitkan dengan insufisiensi vena kronik, Raghavan mengatakan, itu bisa disebabkan oleh adanya jarak fisik dan dinamika tekanan yang berbeda dalam sistem peredaran darah orang berbadan tinggi.

Lebih lanjut, Dr. Raghavan mengatakan bahwa meski tinggi badan bukanlah faktor yang bisa diubah, hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi penelitian ke depannya untuk memodifikasi faktor atau mencari pengobatan untuk kondisi ini.

Semantara itu, spesialis manajemen nyeri dan direktur medis dari program non-operatif di Spine Health Center di MemorialCare Orange Coast Medical Center Dr. Medhat Mikhael, mengatakan, meski tinggi badan seseorang tidak bisa dimodifikasi, risikonya tetap bisa diperkecil.

“Meski tinggi badan tidak bisa dimodifikasi, risiko bisa dicegah, sehingga Anda dapat mengobatinya lebih awal dan tidak menyebabkan komplikasi, seperti ulkus, infeksi kaki, dan sebagainya,” ujar Mikhael.

Dokter Mikhael juga mengatakan bahwa dirinya ingin melihat adanya tindak lanjut pada pasien dengan tinggi badan berisiko yang menerima perawatan dini dan melihat reaksinya.

“Saya juga ingin melihat apakah pasien-pasien itu dapat ditindaklanjuti dan apakah penyakitnya bisa dikendalikan jauh lebih baik dibanding orang-orang yang dianggap tidak berisiko,” tambahnya.

Lebih lanjut, Mikhael mengatakan, pihaknya ingin melihat apakah perkembangan komplikasi neuropati perifer itu bisa dicegah dengan mengendalikan penyakit dan perkembangannya atau tidak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/14/084337820/apakah-tinggi-badan-dapat-meningkatkan-risiko-penyakit-tertentu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke