Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sebagai Pengganti Gula, Apakah Stevia Aman Dikonsumsi?

Pasalnya stevia merupakan pemanis alami tanpa kandungan kalori yang punya 300 kali rasa manis ketimbang gula biasa.

Mereka yang ingin berat badannya turun mengonsumsi stevia dengan harapan masih bisa mencicipi rasa manis tanpa khawatir.

Namun, apakah tanaman ini benar-benar aman jika dimanfaatkan sebagai pengganti gula?

Apa itu stevia?

Stevia sebenarnya berasal tanaman Stevia rebaudiana Amerika Selatan. Tanaman ini datang dari Amerika Selatan.

Stevia sebagai pengganti gula umumnya dikenal sebagai rebaudioside A, reb-A, atau rebian.

Tanaman yang bisa tumbuh hingga ketinggian 90 centimeter tersebut mengandung steviol glikosida, senyawa yang digunakan sebagai pemanis.

Senyawa tersebut pada akhirnya digunakan sebagai campuran minuman, desert, permen, yoghurt, dan makanan lainnya.

Apakah stevia aman dikonsumsi?

Stevia dianggap sebagai generally recognized as safe (GRAS) atau umumnya diakui aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS.

Namun badan tersebut tidak memberlakukan status GRAS untuk daun stevia dan ekstrak stevia mentah pada makanan.

Meski menjadi pemanis penganti gula, sebenarnya ada beberapa kekhawatiran awal bahwa stevia meningkatkan risiko kanker.

Ada pula dugaan yang menyebutnya menyebabkan masalah reproduksi berdasarkan penelitian pada hewan.

Bahkan, dulunya status GRAS yang diberikan oleh stevia pernah ditentang oleh Center for Science in the Public Interest (CSPI).

CSPI merupakan organisasi nirlaba asal Washington D.C yang memberi advokasi pada konsumen.

Meski sempat ditentang, untungnya pertanyaan apakah Stevia aman dikonsumsi sudah terjawab.

Pemanis alami tersebut terrnyata aman meskipun CSPI tetap mendorong penelitian dan pengujian lebih banyak pada stevia.

Karena stevia tidak menaikkan gula darah saat dikonsumsi menurut penjelasan ahli gizi dan pakar diabetes NYU Langone, New York, Leah Kaufman, MS.

"Stevia akan menjadi alternatif gula yang baik dan aman bagi pasien diabetes," katanya.

Di samping itu, tanaman dengan daun berwarna hijau itu merangsang protein yang penting untuk persepsi rasa.

Stevia juga terbukti terlibat dalam pelepasan insulin setelah makan.

Ada pun, insulin adalah hormon yang diproduksi pankreas untuk mengatur gula darah.

Kedua manfaat tersebut diketahui usai peneliti University of Leuven Belgia mempublikasikan hasil studi tahun 2017 di Nature Communications.

Di sisi lain American Diabetes Association dan American Heart Association sependapat jika stevia bermanfaat bagi penderita diabetes.

Namun, kedua badan tersebut menyarankan kosumsi stevia diimbangi dengan kalori tambahan.

Pendapat lain juga diutarakan oleh European Food Safe Authority dan Joint Food and Agriculture Organization/World Health Organization Expert Committee on Food Additives.

Mereka menetapkan kisaran asupan harian stevia yang dapat diterima tidak lebih dari 12 miligram setiap hari.

"Mereka yang memilih untuk mengganti gula dengan Stevia dapat mengambil manfaat dari alternatif ini; namun, penurunan berat badan tidak dijamin," jelas Kaufman.

Manfaat stevia bagi gula darah juga pernah dibuktikan oleh studi kecil pada tahun 2016.

Studi menunjukkan responden yang minum minuman yang dimaniskan dengan Stevia di pagi hari makan lebih banyak saat makan siang.

Profesor di Divisi Ilmu Gizi Cornell University, David Levitsky, Ph.D, menyebut manfaat itu terjadi karena kalori yang lebih sedikit.

"Secara teoritis ini bisa menyebabkan penurunan berat badan dari waktu ke waktu, tapi ini sangat sulit ditunjukkan dalam penelitian," katanya.

"Untuk menurunkan berat badan, ini adalah salah satu mekanisme yang digunakan, tetapi itu tidak akan membuat kehilangan (berat badan) 45 kilogram."

"Mengurangi lemak, memantau ukuran porsi, dan makan hanya saat lapar, jauh lebih efektif daripada mengganti stevia dengan gula untuk menurunkan berat badan."

Rasa stevia, seperti apa?

Meski menjadi pengganti gula, Stevia nyatanya tidak memiliki rasa yang benar-benar persis dengan gula.

Stevia berasal dari tanaman yang kaya manfaat dan disukai oleh orang-orang yang lebih suka makan makanan yang alami.

Karena rasanya sangat manis, konsumsi stevia sebaiknya tidak terlalu banyak.

Karena alasan itu pula Stevia sering dicampur dengan erythritol atau dekstrosa (yang merupakan gula dari jagung).

Stevia yang dibeli di toko mungkin sudah dicampur dengan Reb-A atau erythritol, alkohol gula, yang dapat memiliki efek gastrointestinal.

Maka dari itu Stevia bisa menyebabkan masalah pencernaan pada beberapa orang.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/16/100000320/sebagai-pengganti-gula-apakah-stevia-aman-dikonsumsi-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke