Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Baru 3 Hari Sembuh dari Covid-19, Joe Biden Positif Lagi, kok Bisa?

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden kembali positif Covid-19 setelah tiga hari dinyatakan sembuh pada Sabtu (30/7/2022).

Dokter Gedung Putih, Kevin O'Connor mengonfirmasi bahwa Joe Biden tidak mengalami gejala apa pun dan merasa cukup baik. Namun, hasil tes menunjukkan dia kembali positif.

Dokter menyebutkan kasus yang dialami Joe Biden itu disebut dengan rebound atau kekambuhan yang jarang terjadi setelah menjalani pengobatan dengan Paxlovid.

Sesuai dengan pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Biden kembali menjalani masa isolasi mandiri setidaknya selama lima hari ke depan, dan dianjurkan tetap memakai masker.

Seperti dilansir Popsci, Paxlovid merupakan obat antivirus untuk yang diproduksi Pfizer dalam pengobatan pasien Covid-19 bergejala sedang hingga parah.

Pada uji klinisnya, perawatan dengan Paxlovid dinilai mampu mengurangi tingkat rawat inap dan kematian hingga 90 persen.

Beberapa kasus pasien rebound menunjukkan adanya gejala seperti demam, batuk atau gejala umum lainnya.

Sementara, bagi beberapa orang ada yang tidak menunjukkan gejala, namun hasil tes terakhirnya positif setelah dinyatakan negatif beberapa hari lalu -seperti yang dialami Joe Biden.

Menurut para ahli, kasus rebound ini relatif baru dan perlu penelitian lebih lanjut untuk menganalisa penyebab pastinya.

Kami Kim, Direktur dari Divisi Penyakit Menular dan Pengobatan Internasonal di Fakultas Kedokteran University of South Florida Health Morsani mengatakan, kasus rebound sebetulnya tidak berbahaya dibandingkan saat terinfeksi untuk pertama kali.

Kim menyebutkan bahwa dia pernah positif Covid-19 dan pakai obat Paxlovid. Waktu itu gejalanya hidung mampet dan agak flu.

Tetapi dua minggu setelah infeksi pertamanya dimulai, Kim mulai merasa seperti ada alergi terhadap sesuatu.

Dia tidak terlalu memikirkan gejala itu, sampai beberapa hari kemudian ketika melakukan perjalanan yang mengharuskan dia untuk tes Covid-19.

Hasilnya pun kembali positif Covid-19 dan dia harus menjalani masa karantina. Namun, dia merasakan bahwa gejala yang kedua ini tidak separah yang pertama kali.

"Itu seperti kisah klasik rebound Paxlovid. Anda bergejala, tetapi tidak seserius yang pertama kali ditemukan," kata dia.

Laporan kasus rebound akibat Paxlovid bukanlah hal baru di AS. Kasusnya terus meluas hingga musim semi 2022.

Pada 24 Mei 2022, CDC AS merilis panduan yang telah direvisi bagi pasien yang mengalami rebound Covid.

Menurut CDC, pasien harus menyikapi rebound Covid ini dengan memulai isolasi mandiri lagi.

Pada uji klinis untuk Paxlovid sebelumnya dilakukan pada perokok, memiliki gangguan kekebalan tubuh atau berisiko tinggi terhadap gejala Covid-19 yang berat, kemungkinan risiko kasus rebound-nya hanya satu persen.

Sejauh ini, belum ada studi komprehensif tentang tingkatan rebound Covid-19 yang tengah terjadi di AS. Tetapi beberapa laporan anekdot menyebutkan risikonya lebih dari satu persen.

Perbedaan itu bisa terjadi karena sebagian dokter meresepkan obat tersebut kepada orang dengan risiko rendah daripada populasi orang dengan risiko tinggi -seperti pada uji klinis sebelumnya.

"Bisa jadi karena kita tidak menggunakannya dalam populasi di mana efektivitas obat itu telah dipelajari," ungkap Monica Gandhi, dokter penyakit menular di University of California.

Meski demikian, CDC juga melaporkan belum ada kasus parah terkait orang yang mengalami rebound. Itu berarti risikonya lebih kepada penularan dan tidak terlalu berbahaya bagi pasien.

"Ini bukannya membuat obat ini tidak efektif. Bahkan pada kasus Omicron saja, obat ini membuat pasien cepat keluar dari rumah sakit (sembuh)," tegas Monica.

CDC dan Food and Drug Administation (FDA) sama-sama menyarankan untuk tidak memberikan obat kedua kepada pasien yang mengalami rebound.

Itu dikarenakan Paxlovid merupakan obat yang baru dikembangkan untuk melawan Covid, sehingga masih banyak hal yang belum diketahui.

Pada kasus rebound juga belum ditemukan mutasi SARS CoV-2 yang tengah beradaptasi.

Kemungkinan lainnya adalah bahwa virus dapat bertahan dari obat dengan bersembunyi di beberapa reservoir organ yang tidak diketahui.

Atau, ada kecurigaan lain yang mengatakan bahwa sistem kekebalan tubuh belum meningkat secara signifikan untuk melawan partikel virus yang tertinggal.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/01/170000320/baru-3-hari-sembuh-dari-covid-19-joe-biden-positif-lagi-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke