Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pentingnya Deteksi Dini pada Anak untuk Cegah Gangguan Pendengaran

KOMPAS.com - Masalah gangguan pendengaran pada anak penting untuk jadi perhatian para orangtua.

Pasalnya, Kementerian Kesehatan mengumumkan sekitar 5.200 bayi terancam mengalami gangguan pendengaran atau tuli saat lahir.

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menunjukkan prevalensi gangguan pendengaran penduduk usia lima tahun ke atas di Indonesia sebesar 2,6 persen.

Selain karena screening gangguan pendengaran anak masih minim, kemungkinan kasus dari prevalensi tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran bagi orangtua terhadap faktor risiko yang jadi penyebab gangguan pendengaran anak.

Bersamaan dengan momen World Hearing Day 2023 yang digelar Kasoem Hearing Center di car free day (CFD) Sudirman, Jakarta, belum lama ini, praktisi medis lainnya mengingatkan betapa pentingnya kesadaran untuk mencegah gangguan pendengaran sejak dini.

Seperti dikatakan dr. Harim Priyono, Sp.THT-KL (K) dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang mengimbau orangtua baru untuk menyadari risiko masalah pendengaran anak dengan deteksi dini. 

"Screening gangguan pendengaran masih belum menyeluruh. Karena itu orangtua perlu menyadari pentingnya deteksi dini terhadap masalah pendengaran anak," kata dokter Harim dalam keterangannya kepada Kompas.com.

Salah satunya upaya melakukan pemeriksaan Otoacoustic Emission (OAE) yang termasuk sebagai universal newborn hearing screening.

Metode ini mampu mendeteksi fungsi sel rambut halus pada bagian luar rumah siput yang bekerja sebagai penangkap sinyal atau gelombang suara.

Kemudian metode screening Auditory Brainstem Response (ABR)/(BERA) yang mendeteksi sinyal listrik di batang otak.

Jika program universal newborn hearing screening giat dilakukan fasilitas kesehatan, maka gangguan pendengaran sejak dini akan terdeteksi dan dapat dicegah.

"Sayangnya program tersebut belum rutin dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia," kata dia.

Sementara itu, implan koklea atau cochlear implant dapat menjadi jalan terakhir bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran.

Sebab metodenya tidak hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa, tapi juga pada bayi berusia enam bulan.

Koklea merupakan organ pendengaran yang berfungsi mengirim pesan ke syaraf pendengaran dan otak.

Suara ditangkap daun telinga kemudian dikirim ke tulang pendengaran dan bergerak menuju koklea.

Metode pembedahan yang dilakukan ini adalah dengan menanam elektroda untuk organ pendengaran yang berisi saraf-saraf pendengaran yang terletak di telinga dalam.

Elektroda inilah yang meningkatkan organ pendengaran akan lebih optimal, meningkatkan kualitas hidup pasien hingga membantu memahami percakapan.

Meski demikian, kata dokter Harim, tidak semua gangguan pendengaran dapat diatasi dengan cara operasi tersebut. Beberapa kasus, ada pasien yang tidak memiliki rumah siput sehingga operasi sulit untuk dilakukan.

Meski gangguan pendengaran pada anak 90 persen penyebabnya tidak diketahui, namun kata dokter Harim faktor risikonya bisa disebabkan oleh beberapa hal.

Seperti penggunaan obat tertentu, terinfeksi penyakit seperti Covid-19 yang ternyata bisa berpengaruh pada bagian telinga rumah siput hingga komplikasi pada saat kehamilan.

"Berbagai komplikasi seperti tekanan darah tinggi dan komplikasi lainnya semua bisa menimbulkan risiko gangguan pendengaran pada anak," tambahnya.

Kemudian ada pula faktor lain seperti proses persalinannya sulit atau spontan, kelahiran prematur hingga kondisi bayi saat lahir seperti kuning dan kadar bilirubin rendah.

Screening gangguan pendengaran pada anak juga dapat terdeteksi dengan melihat respons si kecil terhadap suara atau bunyi-bunyian. 

Namun sebenarnya gangguan pendengaran itu ada klasifikasinya dari tingkat ringan sedang dan berat.

Kebanyakan kasus gangguan pendengaran yang dapat terdeteksi melalui respons suara biasanya sudah dalam tingkat sedang. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut;

  • Memberikan refleks moro

Refleks moro adalah suatu respons dengan mengagetkan bayi dengan suara atau gerakan mengejutkan.

Biasanya bayi yang tidak mengalami gangguan pendengaran akan merespons dengan gerakan seperti kaget atau telungkup ketika diberi kejutan melalui suara.

  • Diajak bermain

Bayi yang mengalami gangguan pendengaran biasanya tidak dapat merespons berbagai mainan yang menimbulkan suara atau bunyi-bunyian.

Jika si kecil kurang responsif terhadap berbagai mainan atau reaksi kita, lebih baik periksakan kondisi tersebut ke dokter terkait. 

  • Melihat respons dalam ruangan

Bayi yang tidak mengalami gangguan pendengaran biasanya dapat mendeteksi kehadiran orang di sekitarnya. Misalnya ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan dan si kecil akan melihat ke arah kita.

Berbeda dengan bayi yang mengalami gangguan pendengaran yang cenderung diam saja ketika ada orang yang baru masuk ke ruangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/03/07/130000020/pentingnya-deteksi-dini-pada-anak-untuk-cegah-gangguan-pendengaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke