Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memanfaatkan Bambu, Hasil Alam untuk Produk yang Lebih Lestari

Seperti di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, misalnya, sumber daya alam bambu yang melimpah dapat digunakan menjadi bahan alternatif untuk pembuatan berbagai macam barang, yang bisa menggantikan plastik.

Dalam acara bincang pagi Palmerah, Yuk! bertema "Memuliakan Hasil Alam, Menjaga Kelestarian" yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (19/5/2023), beberapa narasumber hadir untuk bercerita lebih lanjut mengenai pemanfaatan bambu dan potensinya yang besar sebagai bahan yang lebih lestari.

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin atau yang akrab disapa Mas Ipin pun mengatakan bahwa potensi kerajinan bambu di sejumlah desa di Trenggalek sangat besar.

Kini produk berbahan bambu dari Trenggalek bahkan sudah dipasarkan hingga ke mancanegara seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Beberapa produk di antaranya berupa sedotan, botol minum, alat makan, serta mebel.

"Itu mungkin hanya sebagian dari produk berbahan bambu ya," katanya.

"Ke depannya saya juga ingin memanfaatkan bambu untuk dijadikan sebagai sepeda," terang dia.

Terlepas dari pemanfaatan bambu untuk produk skala besar, Mas Ipin juga mengungkapkan bahwa ia ingin membangun sistem transportasi yang sustainable.

"Saya sendiri punya cita-cita untuk menyiapkan Trenggalek sebagai daerah yang lestari, termasuk alat transportasinya," terangnya.

"Karena kalau tidak, Trenggalek bisa mewarisi budaya kota-kota besar yang ada, yaitu kemacetan dan polusi."

"Maka saya punya visi, kalau orang-orang mau commuting ke kecamatan cukup pakai sepeda dari bambu, lalu nanti antar kecamatan harus ada transportasi umum yang bisa digunakan," jelas dia.

Memperluas produk berbasis lestari

Sementara itu, lead konsorsium indeks daya saing daerah berkelanjutan di KPPOD, Herman Suparman menuturkan, pengembangan sentra kerajinan atau produk bambu di Trenggalek tak bisa lepas dari kerjasama berbagai pihak.

Baik itu pemerintah daerah, pemerintah pusat, para pengrajin dan pengusaha, serta pihak ketiga yang membantu proses pemasaran berjalan dengan baik.

"Soal bambu, kalau kita bicara dalam konteks pengembangan produk unggulan daerah, salah satu indikator yang dipakai KPPOD itu adalah bahwa produk itu juga menyangkut pada mata pencaharian atau livelihood dari mayoritas masyarakat yang ada di daerah tersebut," ungkapnya.

"Bambu yang ada di wilayah Trenggalek ini juga masuk ke dalam indikator tersebut."

"Dan menurut kami, ini yang mungkin perlu diasadarkan oleh setiap stakeholder, terutama pembuat kebijakan, agar produk-produk seperti ini harus menjadi unggulan dari semua daerah."

"Misalnya, kalau di Trenggalek mungkin bambu, tapi daerah lain ada yang cokelat, kopi, dan lain-lain," jelas dia.

Menurut Herman, bila dilihat menggunakan kacamata lestari, kelompok-kelompok seperti pelaku UMKM seharusnya tidak hanya berkembang dalam satu periode atau dalam satu wilayah saja, tetapi juga bisa meluas dengan keluar dari zonanya.

"Berdasarkan hasil kajian yang ada, tantangannya saat ini masih di akses bagaimana kelompok pelaku UMKM bisa keluar, baik untuk pemodalan maupun untuk akses pasar," katanya.

"Dan dari kajian kami, di wilayah Indonesia Timur itu juga kendalanya bagaimana produk-produk lokal berbasis lestari ini bisa menjangkau pasar nasional bahkan global."

"Oleh sebab itu, pengembangan produk lokal berbasis lestari butuh kerjasama, terutama menghubungkan pihak ketiga yang mungkin punya sumber daya untuk membantu pelaku usaha yang lemah supaya bisa menjangkau pasar yang lebih luas lagi," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/05/20/151017820/memanfaatkan-bambu-hasil-alam-untuk-produk-yang-lebih-lestari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke