KOMPAS.com - Ada beberapa cara yang dianggap mampu mempengaruhi jenis kelamin pada calon bayi, seperti posisis seks hingga mengonsumsi makanan tertentu.
Namun, benarkah cara tersebut bisa memengaruhi gender atau jenis kelamin pada calon bayi?
Menurut Sarah Vijj, Dokter sekaligus Ahli Urologi dari Amerika Serikat menyebutkan bahwa jenis kelamin bayi ditentukan saat pembuahan terjadi.
Sehingga setiap pasangan memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan bayi perempuan maupun laki-laki.
Sperma menentukan jenis kelamin
Menurut Sarah, sperma adalah faktor penentu utama jenis kelamin pada bayi secara genetik.
Saat pembuahan, ibu dari bayi menyumbangkan kromosom X, sedangkan ayah dari bayi bisa menyumbangkan kromosom X ataupun kromosom Y.
Janin dengan kromosom XX akan terlahir sebagai bayi perempuan, sedangkan janin yang memiliki kromosom XY, terlahir sebagai bayi laki-laki.
Metode Shettles
Pada tahun 1960, seorang Dokter Obstetri dan Ginekologi dari Amerika Serikat, Landrum Shettles mengambangkan sebuah metode yang diklaim dapat membantu pasangan untuk menentukan jenis kelamin pada bayi.
Metode ini bekerja dengan cara mempelajari posisi seks, dan waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual.
Cara mendapatkan bayi laki-laki
Shettle percaya bahwa melakukan hubungan seks pada waktu yang dekat dengan masa ovulasi dapat membuat kromosom Y yang terdapat pada sperma lebih cepat mencapai sel telur.
Dalam metode yang dikembangkan oleh Shettles, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pasangan untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan bayi laki-laki, di antaranya:
Metode untuk mendapatkan bayi perempuan
Shettle percaya bahwa melakukan hubungan seks jauh dari masa ovulasi dapat membuat kromosom X yang ada pada sperma mencapai sel telur terlebih dahulu.
Ada beberapa tips pada pasangan yang ingin mendapatkan bayi perempuan di antaranya:
Belum bisa dibuktikan secara medis
Cara yang dikembangkan Shettle belum bisa dibuktikan secara medis.
Bahkan sebuah peneitian mendapati bahwa tidak ada perbedaan struktural pada sperma yang membawa kromosom X dan kromosom Y.
Penelitian ini tentu saja menyangkal banyak teori dari Shettles.
Begitupun dengan teori waktu berhubungan seks yang dikembangkan Shettles, teori tersebut belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Selain itu, waktu berhubungan seks yang disarankan Shettles hanya akan memperbesar kemungkinan hamil, bukan untuk dijadikan patokan untuk menentukan jenis kelamin pada bayi.
Hampir tidak mungkin
Tanpa adanya bantuan medis, hampir mustahil pasangan dapat menentukan jenis kelamin pada bayi.
Saat ini hanya ada satu metode yang dapat digunakan untuk membantu pasangan memilih jenis kelamin pada bayinya.
Yaitu dengan teknik PGD atau Preimplatation Genetic Diagnosis.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengimplementasi satu sperma ke dalam sel telur sebelum pembentukan embrio terjadi.
Meskipun begitu, alih-alih fokus menentukan jenis kelamin pada bayi, Dokter Sarah Vijj menyarankan agar para pasangan untuk lebih mementingkan dan mengutamakan kesehatan ibu dan janin.
https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/09/163223920/dapatkah-menentukan-jenis-kelamin-pada-calon-bayi