Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melahirkan Caesar Vs Pervaginam, Ketahui Perbedaannya untuk Calon Ibu

Masih banyak stigma jika ibu yang melahirkan secara caesar tidak ingin merasakan sakit sehingga memilih cara praktis melalui pembedahan.

Berbeda dengan melahirkan pervaginam, yang sering disebut persalinan normal, yang dinilai lebih alami untuk para perempuan.

Faktanya, persalinan lewat operasi caesar maupun pervaginam merupakan pilihan yang sama baiknya untuk kebutuhan ibu dan bayi yang dilahirkan.

Namun ada baiknya memahami perbedaan kedua metode ini untuk tahu mana yang terbaik sesuai kondisi kita.

Melahirkan caesar vs pervaginam

Saat ini, kebanyakan bayi hadir lewat kelahiran pervaginam, atau sering disebut persalinan normal.

Hanya sekitar sepertiga yang lahir melalui operasi caesar, baik direncanakan maupun darurat.

Sebagian besar operasi caesar direncanakan dilakukan dengan pertimbangan medis seperti kehamilan kembar, ukuran bayi terlalu besar, sungsang, atau riwayat darah tinggi, jantung maupun diabetes pada ibu.

Namun operasi caesar juga bisa ditempuh karena pilihan pribadi ibu misalnya demi melahirkan di tanggal cantik atau trauma akan rasa sakit.

Selain itu, ada juga operasi caesar yang dilakukan secara darurat setelah proses persalinan berjalan karena bayi yang terlilit tali pusar atau kehabisan air ketuban.

"Yang penting adalah memiliki bayi yang sehat — tidak peduli bagaimana dia dilahirkan," jelas Sherri Bayles, konsultan laktasi sekaligus perawat di New York.

Perbedaan prosedur

Persalinan pervaginam dimulai dengan kontraksi rahim yang dialami para ibu hamil karena pergerakan kepala bayi ke lubang vagina.

Gejalanya terasa seperti kram menstruasi yang sangat kuat, gangguan pencernaan, maupun sakit punggung yang hebat.

Proses ini bisa berlangsung 12-14 jam sampai bayi akhirnya lahir secara alami.

Umumnya, pembedahan dilakukan saat ibu hamil dalam kondisi terjaga namun mendapatkan suntikan epidural di tulang belakang untuk membuat bagian bawah tubuh mati rasa.

Selama operasi, ibu tidak akan merasakan sakit karena bius tersebut meskipun ada kecenderungan merasakan tekanan atau sensasi menarik saat bayi dikeluarkan dari rahim.

Di ruang operasi, dokter membuat sayatan tepat di atas garis celana dalam untuk masuk ke dinding perut lalu membuat sayatan lain di dinding rahim.

Tali pusar lalu dipotong, plasenta dikeluarkan dan sayatan tersebut ditutup kembali.

Proses pemulihan

Setelah persalinan pervaginam, para ibu baru umumnya masih harus dirawat di rumah selama 1-2 hari.

Efek samping pasca melahirkan secara normal termasuk pendarahan vagina, kram, bengkak, nyeri, sembelit, dll.

Diawali dengan merasa sedikit mual dan lemah selama beberapa hari pertama setelah operasi termasuk batuk, bersin, dan tertawa yang dapat memicu rasa sakit.

Pada 1-2 hari setelah caesar, para ibu disarankan untuk bangun dan mulai bergerak untuk mencegah penumpukan cairan di paru-paru, meningkatkan sirkulasi, dan membantu pencernaan.

Ibu yang melahirkan dengan operasi caesar bisa pulang dalam 2-4 hari setelah jahhitannya dilepas dan diobati.

Biasanya diberikan obat pereda nyeri dan direkomendasikan untuk beristirahat selama beberapa pekan setelahnya.

Rasa sakit akibat operasi caesar mungkin akan bertahan namun biasanya pulih sempurna dalam waktu 1-6 minggu.

Tindakan ini biasanya membutuhkan jahitan sehingga menyebabkan rasa sakit yang cukup signifikan.

Setelahnya, risiko kontrol kandung kemih dan prolaps organ panggul mungkin terjadi.

Sisi positif dari kelahiran melalui vagina adalah bayi yang terpapar bakteri di jalan lahir dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Sementara itu, risiko komplikasi yang mungkin dialami di operasi caesar termasuk infeksi pada lapisan rahim dan sayatan, pendarahan atau pendarahan yang berlebihan, cedera pada kandung kemih atau usus selama operasi.

Potensi masalah lainnya juga reaksi negatif terhadap anestesi, dan pembekuan darah seperti trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru serta sayatan yang robek sehingga memicu pendarahan serius.

"Plasenta previa, ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi serviks, dan plasenta akreta, ketika plasenta ditanamkan ke dalam otot rahim alih-alih ke lapisan, juga lebih sering terjadi pada operasi caesar berikutnya," kata David Colombo, M.D., Direktur Maternal di Spectrum Health, Michigan.

Terkadang, persalinan secara caesar juga memicu masalah pernapasan pada bayi khususnya jika lahir sebelum 39 minggu.

Meski demikian, komplikasi operasi caesar jarang terjadi baik pada ibu maupun bayi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/11/094944920/melahirkan-caesar-vs-pervaginam-ketahui-perbedaannya-untuk-calon-ibu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke