Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sukses Pedagang Asongan 'Dadakan' di Kapal Ketapang-Semarang, Bisa Bangun Rumah di Kampung Halaman

Sayangnya, pintu kapal baru terbuka untuk penumpang jauh setelah matahari terbenam.

Jadwal pasang surut muara Sungai Pawan yang dipengaruhi musim membuat jam keberangkatan angkutan tersebut tidak menentu.

Hal yang sebenarnya sudah dipahami ratusan penumpang yang mengantre sejak sore hari di dermaga.

Beruntungnya, kali ini tak butuh waktu berjam-jam untuk masuk ke kapal berkapasitas 700 penumpang itu untuk segera berlayar menuju Pelabuhan Pelindo Tanjung Emas, Semarang.

Sukses bangun rumah dari dagang di lautan

Ada banyak anak muda di pelayaran kali ini, umumnya hendak berangkat merantau Pulau Jawa untuk kuliah.

Harga tiket KM Dharma Ferry II sebesar Rp 350.000 per orang memang jauh lebih ekonomis dibandingkan tiket pesawat terbang seharga Rp 1,8 juta untuk rute yang sama.

Apalagi sejak beberapa tahun belakangan, pelayanan di atas kapal jauh lebih baik dari segi kebersihan, pengaturan penumpang sampai alur keluar masuk di pelabuhan.

Hanya saja, perjalanan laut menuju Semarang memang lebih lama, berkisar 36-48 jam, yang bagi sebagian orang agak menakutkan.

Tak heran jika banyak anak muda yang didampingi orangtuanya meskipun ada juga yang berwajah bingung, menandakan pengalaman pertamanya bepergian seorang diri menyeberang laut.

"Kalau lagi bulan-bulan gini biasanya isinya mahasiswa, ada yang naik kapal pertama kali juga banyak," kata Baedowi, salah satu petugas kebersihan kapal cepat ini kepada Kompas.com.

Pengalaman 'melaut' sejak tahun 2014 di Laut Jawa membuatnya bisa membedakan penumpang lawas dan anyar dengan mudah.

Selain itu, pada para anak muda ini pula ia kerap menawarkan jualannya seperti mie instan cup, kopi, teh, camilan serta obat maupun jamu penghilang mabuk laut.

Baedowi adalah salah satu petugas cleaning service PT Dharma Lautan Utama, operator KM Dharma Ferry II, sekaligus pedagang asongan 'dadakan' saat kapal mulai berlayar.

Profesi sambilan itu dilakukannya dengan memanfaatkan waktu luang di sela-sela tugasnya sebagai kru kapal.

"Ambil barang dari kantin kapal, terus kelilingin..nanti dikasi keuntungan dari kantin tergantung hasil jualan," terangnya.

Ia tak mematok harga tinggi karena menyamakannya dengan tarif di kantin kapal tersebut, mulai dari Rp3.000 sampai Rp25.000 saja.

Baedowi sebenarnya bukan satu-satunya petugas kebersihan yang nyambi jualan asongan saat di luat.

Namun di antara yang lain, ia tergolong laris manis karena jualannya sering kali ludes dalam perjalanan menuju pelabuhan tujuan,berkat ketekunannya berkeliling kapal sesering mungkin.

"Enggak terhitung berapa kali keliling jualan, pokoknya kalau sehat keliling, paling penting kerjaan utama sudah selesai," urainya.

Ia biasanya membersihkan area penumpang termasuk toilet dan ruang karaoke sebelum mulai jualan.

Sedari awal, ia melakukannya demi menambah penghasilan dari pekerjaan utamanya yang sekitar 10 tahun lalu bergaji Rp 800.000.

Tak disangka, hasil jualannya jauh lebih besar yang lalu menjadi rezeki tambahan untuk keluarganya di kampung halaman.

Ia biasanya melakoni 5-6 kali pelayaran dalam satu bulan, seluruhnya diisi dengan nyambi berjualan.

"Hasilnya lumayan kadang kalau musim ramai totalan semua ya, sekalian gaji sekarang, ya hampir Rp 10 juta, bisa bantu bikin rumah di kampung," ujarnya, tersenyum malu-malu.

Oleh sebab itu, ia sebenarnya agak kecewa saat kapal tempatnya bekerja harus docking selama beberapa pekan mendatang di Pelabuhan Tanjung Emas.

Pasalnya, ia tak bisa berjualan meskipun sadar pentingnya proses perawatan kapal untuk keamanan pelayaran.

"Kalau docking di pelabuhan ya ikut juga, beres-beres selama perbaikan, beda dari hari biasa," tambahnya.

Layanan ekstra untuk penumpang

Dibandingkan pedagang asongan 'dadakan' lainnya, Baedowi tergolong jadi favorit banyak penumpang, khususnya mahasiswa.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, banyak yang menantikannya untuk beli jajanan, minta diambilkan air panas atau sekadar ngobrol santai.

Aura kebapakannya sepertinya agak berpengaruh, selain juga nada bicaranya yang ramah dan terbuka berbagi informasi.

Tak jarang, ia memberikan saran alternatif transportasi darat untuk para penumpang anyar yang masih kebingungan melanjutkan perjalanan saat tiba di Semarang.

"Saya kan sempat lama jadi supir jadi sedikit tahu lah mau ke mana lewat mana," ujarnya.

Kadang kala, ia juga meladeni permintaan tolong dari para penumpang yang sebenarnya tidak termasuk pekerjaannya.

Misalnya saat turun kapal, yang biasanya agak menyulitkan karena banyaknya truk di geladak kapal.

"Biasanya ada juga yang bawa anak bayi atau masih kecil, minta dibantu bawakan barang atau cari tempat pas di kapal," tambah bapak dua anak ini.

Ia juga tak segan menawarkan mengambilkan jatah makan saat penumpang terlalu mabuk sehingga tak mampu bangun dari tempat tidur.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/20/204142920/sukses-pedagang-asongan-dadakan-di-kapal-ketapang-semarang-bisa-bangun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke