Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Generational Trauma dan Pengaruhnya pada Kesehatan Mental Kita

Pengalaman tersebut lalu membentuk cara pandang kita terhadap dunia dan merespon berbagai hal yang terjadi.

Namun kita rupanya juga bisa dipengaruhi dengan adanya peristiwa traumatis yang terjadi sebelum kita lahir.

Kondisi ini yang kemudian disebut sebagai generational trauma alias trauma generasi atau trauma transgenerasi.

Hal tersebut meresap ke dalam kesadaran kita sampai akhirnya memengaruhi kondisi psikologis.

Apa itu generational trauma?

“Bayi manusia tidak lahir ke dunia sebagai kertas kosong.” kata psikoterapis dan penulis Inggris, Dr Valerie Sinason.

“Kita telah hidup sebagai janin selama hampir satu tahun, mengumpulkan informasi seperti detektif cilik."

Ia mencontohkan, janin bisa sangat santai saat sang ibu mendengarkan lagu favorit dan sebaliknya, menjadi gelisah saat ada teriakan atau ketegangan, serta mengalami masalah kelahiran saat terjadi perang atau kekerasan.

"Stres sangat penting selama kehamilan” terang Dr Susanna Petche, seorang dokter umum dan ahli trauma psikologis di Brighton, Inggris, setuju.

“Pada usia lima bulan, bayi perempuan sudah mengembangkan sel telur yang berpotensi ia gunakan jika ia hamil setelah dewasa – seorang perempuan yang mengandung bayi perempuan membawa DNA cucunya yang sudah matang," urainya.

Jadi, jika seorang ibu mengalami peristiwa traumatis atau mengalami stres berat selama kehamilan, hal ini akan berdampak langsung pada cucunya.

Umumnya, generational trauma dialami di komunitas marginal yang amat merasakan dampak penindasan dan ketidakadilan sosial serta pengucilan.

Sering kali, seseorang kemudian menyadarinya dan berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri saat beranjak dewasa, dengan caranya sendiri.

Dampak generational trauma pada diri kita

Generational trauma bisa bermanifestasi dalam berbagai cara, mirip dengan gejala trauma psikologis atau gangguan stres pasca trauma.

Saat mengalaminya, kita mungki akan merasakan kecemasan, susah tidur, suasana hati yang buruk, kewaspadaan berlebihan, dan kenangan buruk.

Gejala fisik juga bisa muncul yang menyebabkan kondisi autoimun, masalah perut, dan nyeri kronis.

Trauma transgenerasi sebenarnya adalah kerusakan psikologis yang ada di dalam tubuh tapi diperburuk oleh keadaaan kita saat ini.

“Hubungan antara orangtua dan anak merupakan sesuatu yang baru dan berharga, namun juga membawa sesuatu yang lama. Ini membawa jejak emosional dari pengalaman generasi sebelumnya. ” kata Dr Sinason.

Ada pewarisan genetik dan apa yang disebut pengalaman epigenetik yang berarti cara lingkungan dan genetika berinteraksi.

Trauma yang dialami oleh nenek moyang dapat memengaruhi bagaimana gen kita diekspresikan selama beberapa generasi dengan dampak dari pengalaman masa kecil yang buruk yang diwariskan oleh salah satu orangtua.

Berdasarkan penelitian, trauma generasi dapat diwariskan melalui DNA orangtua atau nenek moyang

"Kondisi ini juga dapat ditularkan atau diwariskan melalui epigenetika, perubahan ekspresi gen akibat gaya hidup dan lingkungan,”  jelas Dr Petche.

Apakah bisa disembuhkan?

Trauma yang kita warisi tidak bisa sepenuhnya dihilangkan.

Namun kita bisa meredakan gejala nyatanya, seperti kecemasan dan depresi, dengan aktivitas layaknya yoga, mindfulness, olahraga, menyanyi dan menari, serta menghabiskan waktu di alam.

“Pada dasarnya, gejala trauma psikologis, baik yang diturunkan atau tidak, adalah respons normal terhadap situasi abnormal, yang tidak lagi bermanfaat bagi Anda," kata Dr Petche.

Sementara itu, Dr Sinason mengatakan lebih baik fokus atas warisan akan keterampilan, ketahanan atau resolusi dalam diri kita.

"Jadi perlakukan riwayat keluarga Anda dengan penuh minat untuk memahami dari mana Anda berasal.”

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/11/151841920/apa-itu-generational-trauma-dan-pengaruhnya-pada-kesehatan-mental-kita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke