Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyerap Semangat dan Energi Bapak G-Shock di Bali

KOMPAS.com - Ketenaran jam tangan G-Shock tidak mungkin lepas dari nama Kikuo Ibe. Ibe adalah orang yang menggagas, merancang, dan akhirnya membuat jam tangan tangguh tahan banting yang kita kenal sebagai G-Shock.

Karenanya, pada perayaan 40 tahun G-Shock yang diadakan di Bali, hampir semua undangan termasuk wartawan, mencari-cari di mana Ibe.

"Apakah kamu sudah bertemu Ibe?", "Apakah Ibe akan datang ke acara ini?", "Kalau datang, mengapa tidak ada sesi wawancara dengannya?" demikian pertanyaan orang-orang satu sama lain.

Maka saat konferensi pers diadakan hari Sabtu siang (2/12/2023) di Potato Head Seminyak, banyak orang menengok ke sana kemari untuk mencari sosok yang sudah menjadi legenda itu. Namun wajah Ibe tidak kunjung muncul.

Saya sendiri mendapat kepastian ada atau tidaknya Ibe tanpa disengaja. Ceritanya, sekitar 10 menit sebelum acara dimulai, saat hampir semua undangan sudah memasuki ruangan, saya menyempatkan diri ke toilet yang berada di luar ruangan.

Ketika saya hendak membuka pintu toilet pria, pintu tersebut terbuka dari dalam, dan Ibe muncul di hadapan saya, tersenyum dan mengangguk ramah.

Saya terkejut, sekaligus senang, dan ingin menyapa dan berfoto dengannya. Tapi mulut mendadak kelu tidak tahu apa yang musti dikatakan, dan lokasinya sepertinya kurang pas, mosok foto di toilet kan?

Akhirnya saya bergegas menyelesaikan urusan di toilet dan berharap masih bisa mengejarnya di luar. Namun saat keluar, lorong antara toilet dan ruang konferensi pers kosong, tidak ada Ibe di sana.

"Duh gagal nih pamer sama teman-teman," batin saya.

Sesaat kemudian acara dimulai. Beberapa pejabat di G-Shock memberikan uraian silih berganti. Saya masih menunggu kapan Ibe muncul.

Ya, dia memang kemudian muncul, namun dalam video singkat berjudul "Dear Younger Me" yang menceritakan bagaimana Ibe muda saat berusia 30 tahun nyaris putus asa saat merancang jam yang tahan banting.

Awalnya ide membuat jam tangan ini muncul setelah lelaki kelahiran 15 November 1952 itu mendapat jam tangan pertama dari orangtuanya saat lulus SMA.

Suatu saat, ia mengenakannya jalan-jalan, lalu tak sengaja bertabrakan dengan seseorang, dan jam tangan itu lepas dan hancur berantakan. Sejak itu ia mengaku ingin menciptakan jam yang kuat dan tahan banting.

Ketika Ibe masuk ke Casio tahun 1976, mimpi itu masih ada bahkan menjadi salah satu tekadnya.

"Pada waktu itu, jam memang dianggap sewajarnya mudah pecah jika terjatuh. Karenanya ide saya untuk membuat jam tahan banting adalah gagasan yang tidak lazim," ujar Ibe dalam salah satu videonya.

"Karenanya saya harus mulainya dari nol, karena tidak ada contoh yang ada," lanjut Ibe.

Awalnya ia menduga, untuk membuat jam tahan banting, ia harus membungkusnya menggunakan bahan yang empuk dan fleksibel. Tapi saat itu bahan yang ada, seperti karet, membuat jam yang dihasilkan menjadi terlalu tebal.

"Saat pertama kali kami menghasilkan prototype jam yang tahan banting, ukurannya menjadi sebesar bola softball," ujar Ibe.

Ia kemudian membagi jam menjadi lima bagian dengan masing-masing bagian dilapisi bahan peredam. Ukurannya memang menjadi lebih kecil, namun saat diuji dengan dijatuhkan, masing-masing komponen justru terlepas.

Ibe pun mencoba berbagai cara lain. Dibutuhkan waktu dua tahun dan lebih dari 200 prototype jam tangan, sebelum Ibe berhasil membuat seri pertama jam tangan G-Shock DW5000 di bulan April tahun 1983.

"Dari sejak pengembangan hingga jadi produk menghabiskan waktu 2 tahun. Uji cobanya lewat berbagai hal, mulai dari menjatuhkan jam tangan dari lantai 3, mencelupkan ke dalam mangkuk berisi air dan lumpur, dan melindas jam tangan di dalam lumpur," ujar Ibe dalam kesempatan wawancara dengan Kompas.com di tahun 2010.

"Waktu saya memulai riset G-Shock, trennya adalah zaman jam tipis sehingga saya terpaksa melakukan riset di tempat tersembunyi. Saya mencoba menjatuhkan jam tangan dari jendela toilet di lantai 3, bolak-balik dan naik-turun. Kaki saya jadi kuat sehingga saya sekarang jago lari," ujarnya saat itu.

"Memang bagian paling sulit adalah menemukan anti-shock untuk pertama kalinya. Sangat sulit menemukan teknologi supaya jam tidak mudah rusak karena selama ini yang kita tahu, jam tangan itu ringkih. Jadi, menemukan jam tangan yang tahan banting sangat sulit," paparnya.

"Dulu, kepala saya seperti mau pecah, ratusan kali percobaan yang saya lakukan gagal, dan gagal lagi. Saya bahkan hampir menyerah dan berniat mengundurkan diri dari proyek ini."

Ibe akhirnya memberi waktu seminggu pada dirinya sendiri untuk memecahkan masalah tersebut. Jika tidak berhasil, ia akan mengundurkan diri.

Di hari terakhir, saat ia berjalan kaki menuju kantornya, Ibe melewati taman dan melihat anak-anak bermain dengan bola karet.

Bola tersebut memberinya gagasan untuk membuat casing yang memiliki ruang kosong di bagian dalamnya, seperti sebuah bola, sehingga saat terbentur, bagian dalamnya tidak mengalami goncangan berarti.

"Itu adalah saat yang ajaib bagi saya," papar Ibe dalam videonya.

Setelah keberhasilan tersebut, G-Shock pertama lahir tahun 1983, diikuti berbagai seri lainnya yang saat ini sudah mencapai ribuan model.

Begitu video selesai, dari balik tirai, seseorang muncul. Ia berjalan memunggungi kami dengan wajah yang ditutupi topeng kertas.

Baju model jumputan yang dikenakannya terlihat kebesaran, dibandingkan tubuh kecilnya. Saya segera mengenali baju itu, baju yang dipakai Ibe saat bertemu di toilet.

Sesampai di tengah ruangan, pria itu berbalik, dan membuka topeng bergambar dirinya waktu masih muda, mengungkapkan wajah Ibe saat ini, dengan kacamata bulat dan senyum mengembang.

Kami pun bertepuk tangan, dan antusias mendengarkan apa yang dikatakan penemu G-Shock itu.

Sekali lagi Ibe menceritakan kisahnya agar jangan menyerah. Ia seolah mendefiniskan kembali apa arti tangguh.

"Ketangguhan G-Shock bukan hanya soal jam tangannya yang tahan banting, namun juga proses pembuatannya yang tidak kenal menyerah walau sangat sulit," ujar Ibe.

"Pesan inilah yang ingin kita sampaikan pada ulang tahun ke 40 ini. Wajar bila kita nyaris putus asa, namun jangan pernah, jangan pernah menyerah," ujarnya.

Ibe lalu memanggil seorang relawan perempuan untuk maju. Ia menantang untuk melemparkan jam tangan G-Shock-nya. Awalnya tidak ada yang mengacungkan tangan karena beberapa dari kami ragu jam tangan siapa yang mau dilempar?

Namun ada yang menjawab tantangan dengan melemparkan jam tangannya ke depan.

Melihat hal itu, Kikuo Ibe segera berkata: "No, no, bukan jam tangan kamu, tapi jam tangan saya saja yang dilempar."

Ketika seorang perempuan bersedia maju, Ibe segera melepas G-Shock seri DW5000 dari tangannya dan menyerahkannya pada perempuan itu.

Ia memperagakan cara melempar dengan memutar-mutar tangannya, lalu meminta kami semua ikut menghitung, "Satu, dua, tiga... "

Jam tangan Ibe meluncur ke sebuah papan yang dipegang seseorang, dan Braaaak... suara keras terdengar lalu jam terpental ke lantai.

Ibe memungutnya, lalu memperlihatkan pada hadirin. 'It's work, masih bekerja," katanya.

Tidak puas, Ibe lalu melepas sandal yang dipakainya, mengambil ancang-ancang, lalu melemparkan jam itu kembali sekeras mungkin sampai melompat. Kali ini suaranya jauh lebih keras.

Ia memungutnya kembali dari lantai dan tersenyum, berkata, "It's work!"

Semua orang bertepuk tangan, terutama perempuan yang tadi bersedia maju karena ia mendapat hadiah sebuah G-Shock langsung dari pendirinya.

Sehabis itu, Ibe kembali masuk ke belakang panggung karena acara akan dilanjutkan dengan talk show.

Saya masih membalas beberapa pesan yang masuk, ketika tiba-tiba Ibe muncul lagi di ruangan. Mereka yang masih berada di dalam segera memintanya berfoto bersama, termasuk saya berusaha mendekatinya.

Namun karena antrean cukup panjang dan orang-orang berkerumun, saya memutuskan untuk mengambil minum dulu di bar yang ada di pojokan ruang.

Saat saya memesan minuman, tiba-tiba beberapa orang datang mengawal Ibe ke bar itu. Rupanya Ibe merasa haus dan ingin memesan minuman sari buah. Praktis di depan bar hanya tinggal saya bersama Ibe, karena beberapa pengawal mengambil jarak.

Kesempatan itu tidak saya sia-siakan. Kebetulan saya kenal Dahlia, penerjemah yang mendampinginya. Saya meminta bantuannya untuk menanyakan apakah Ibe bersedia berfoto bersama saya di tempat ini.

Dahlia sempat menanyakan apakah tidak sebaiknya foto di samping panggung yang ada background G-Shock-nya seperti orang-orang lain.

Tapi saya menyampaikan, "Di sini saja. Kesannya lebih akrab dan akan berbeda dibanding foto orang lain."

Ibe pun menyambut baik. Ia segera berpose di samping saya, dan jarinya menunjuk ke jam yang saya kenakan.

Pria yang saat ini berusia 71 tahun itu kemudian menyalami saya. Genggaman tangannya kuat dan energik. Saya mengucapkan arigatou sambil membungkuk. Dibalasnya juga dengan membungkuk.

Saat itu saya merasakan semangatnya di balik kesederhanaan penampilannya. Ia adalah pria penuh energi yang seolah ingin membagikan kegembiraan pada setiap orang yang ditemuinya.

Saya baru menyadari inilah artinya "Tangguh" dari seseorang yang ratusan kali melemparkan jam dari jendela lantai 3 di Hamura selama dua tahun. Seseorang yang tidak pernah menyerah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/12/06/154916820/menyerap-semangat-dan-energi-bapak-g-shock-di-bali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke