Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspadai, 5 Tanda Fisik Depresi yang Tersembunyi

Depresi, misalnya, tidak hanya mengacaukan pikiran dan membuat kita kesulitan untuk fokus, melainkan juga dapat bermanifestasi di tubuh melalui beberapa tanda fisik.

Sayangnya, gangguan pada kesehatan fisik tidak semuanya terlihat dengan nyata. Ada juga yang secara tersenyembunyi muncul dengan berbagai gejala yang konsisten.

Nah, untuk mengetahui tanda-tandanya, simak penjelasan selengkapnya seperti dilansir dari laman Yahoo berikut ini.

1. Pilek yang tak kunjung sembuh

Baik sistem kekebalan tubuh maupun kesehatan mental kita bergantung pada serotonin, yang dikenal sebagai hormon "bahagia" karena kemampuannya menstabilkan suasana hati.

Ketika serotonin kita rendah, maka kita tidak hanya berisiko lebih tinggi mengalami depresi, tetapi kekebalan tubuh juga akan menurun, yang menyebabkan pilek yang tak kunjung sembuh.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychosomatic Medicine melihat bagaimana gaya emosional kita — positif atau negatif — mempengaruhi apa yang terjadi pada partisipan saat diberi dosis rhinovirus, virus pernapasan yang menyebabkan pilek.

Orang yang lebih bahagia menunjukkan gejala yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang depresi, gugup, atau marah.

2. Masalah pencernaan

Sekitar 90 persen serotonin dibuat di dalam usus. Jadi, ketika pabrik hormon di usus kita mogok, kita mungkin mengalami masalah pencernaan seperti kembung, gas, diare, sembelit, dan kram.

"Seiring waktu, lonjakan kortisol dapat membuat kita merasa lelah dan membuat serotonin semakin menipis," kata dokter pengobatan integratif, Sara Gottfried, MD.

"Kortisol yang meningkat, dengan sendirinya, terkait dengan depresi.

"Hal ini juga dapat menyebabkan perubahan lain yang dapat membuat kita berisiko lebih tinggi. Misalnya, menyebabkan kurang tidur dan kelebihan lemak perut, yang keduanya memiliki efek riak pada kesehatan emosional," jelasnya.

Sebagai contoh, lemak perut dapat meningkatkan tingkat peradangan, masalah fisik lain yang dikaitkan dengan depresi.

3. Toleransi terhadap rasa sakit jadi lebih rendah

Depresi bisa membuat toleransi tubuh kita terhadap rasa sakit atau nyeri menjadi lebih rendah.

Sebagai contoh, jari kaki yang tersandung akan terasa seperti ada yang memotongnya. Atau punggung bagian bawah terasa sakit tanpa sebab, dan mungkin kram menstruasi yang lebih buruk dari sebelumnya, hingga sakit kepala yang melemahkan.

Meskipun semua ini mungkin terdengar tidak berhubungan dengan depresi, toleransi rasa sakit yang lebih rendah bisa menjadi pertanda.

"Ketika kita mengalami depresi, terkadang terjadi pergeseran yang oleh para ahli kesehatan mental disebut sebagai perubahan indera yang vital," terang seorang pekerja sosial klinis berlisensi di Delphi Behavioral Health di Ft Lauderdale, Florida, AS, Scott Dehorty, LCSW-C.

"Itu berarti kita benar-benar merasakan sensasi dalam tubuh dengan cara yang berbeda dari sebelumnya."

"Rasa sakit adalah contoh terbesar karena otak kita tidak melepaskan zat kimia seperti serotonin dan dopamin, yang memblokir sinyal rasa sakit. Jadi, kita bisa merasakan semuanya," jelas dia.

4. Merasakan kelelahan yang ekstrem

Perubahan indera vital juga dapat menyebabkan kelelahan yang ekstrem.

Kita akan merasa seperti terseret-seret, dan hal ini akan menyebabkan kelemahan secara keseluruhan.

"Namun, terlalu banyak bersantai di tempat tidur dan tidur dalam waktu yang lama juga dapat memperburuk keadaan," terang profesor psikiatri dan direktur Pusat Depresi Universitas Michigan, AS, Srijan Sen, MD, PhD.

Penelitian Dr Sen juga menunjukkan bahwa rutinitas yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko depresi.

"Istirahat yang cukup tidak masalah — dan kami menyukai tidur siang yang nyenyak — tetapi tidur yang tidak menentu dapat berubah menjadi kurang tidur dan masalah suasana hati," katanya.

"Ketika tidur kita tidak dapat diprediksi dalam hal berapa lama atau kapan kita akan bangun, itu tidak hanya dapat berdampak negatif pada suasana hati harian, namun juga dapat menjadi tanda depresi. Hal ini juga dapat memperburuk depresi dari waktu ke waktu," terang dia.

5. Masalah pada kulit dan rambut

Ketika depresi, motivasi kita akan hilang. Hal ini bahkan melampaui hal-hal yang lebih besar seperti berolahraga, bertemu teman, dan menjadi produktif di tempat kerja.

"Kebersihan dasar juga bisa masuk dalam kategori opsional, terutama jika kita merasa lelah atau secara umum acuh tak acuh," ungkap Scott.

Kebersihan menunjukkan bahwa kita peduli pada diri sendiri dan tubuh, jadi ketika hal tersebut tidak lagi dilakukan, bisa jadi ada masalah emosional yang muncul.

Bagaimana cara mengetahui ada sesuatu yang tidak beres? Periksalah gejala-gejala seperti kulit berminyak, ketombe, dan rambut yang menipis. Lalu muncul jerawat, bau badan, dan bahkan kemungkinan infeksi jamur.

Gejala-gejala fisik ini dapat menjadi perhatian, tetapi tidak secara otomatis berarti kita mengalami depresi.

Scott menyarankan kita untuk berkonsultasi dengan seorang dokter atau ahli kesehatan mental agar kita menyadari bahwa ada masalah yang lebih besar.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/12/11/172811320/waspadai-5-tanda-fisik-depresi-yang-tersembunyi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke