Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya

KOMPAS.com - Belakangan kita sering mendengar istilah bullying atau perundungan, yaitu perbuatan menindas yang dilakukan seseorang --umumnya anak-anak dan remaja-- terhadap teman atau orang lain.

Yang terbaru dan menjadi viral adalah kasus bullying atau perundungan di SMA Binus Serpong di Tangerang, Banten. Dan rupanya masih banyak kasus lain yang mungkin tidak terungkap.

"Bullying terjadi hampir di semua tempat di dunia, di hampir semua usia dan semua ras,” ujar Zeyd Khan, MD. “Bullying bahkan terjadi di dunia maya, yang disebut cyber bullying. Ini sungguh meresahkan.”

Apa itu bullying?

Perundungan terjadi dalam berbagai bentuk dan dapat mencakup aksi fisik seperti pemukulan, hingga pelecehan verbal menggunakan hinaan. 

Anak-anak juga dapat mengalami pelecehan fisik dan pengalaman sosial yang menyakitkan seperti pengucilan, dimana mereka dengan sengaja dikucilkan dari pertemanan atau aktivitas. 

Tanda-tanda anak mengalami bullying

Sulit mengetahui pasti apakah anak Anda menjadi korban perundungan, kata Dr. Khan. “Setiap anak berbeda. Setiap orang menangani hal ini dengan caranya masing-masing.” 

Namun, berikut beberapa tanda-tanda bullying yang umum:

Depresi

Dapat dimengerti bahwa perundungan dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi, meskipun gejalanya mungkin berbeda dari yang kita perkirakan. 

“Orang dewasa yang mengalami depresi paling sering datang dengan suasana hati yang sedih dan tertekan,” kata Dr. Khan. 

“Tetapi ketika anak-anak mengalami depresi, ia akan mudah tersinggung. Suasana hati remaja pada umumnya adalah salah satu bagian dari hal tersebut – tetapi jika hal ini berkepanjangan, signifikan, dan berubah drastis dari biasanya, maka kita harus membantunya.”

Menghindari sekolah atau bermain di luar

Kita semua mempunyai hari-hari ketika tidak ingin masuk sekolah atau kerja. Namun jika anak sering mengeluh sakit atau mencari alasan untuk tinggal di rumah, ini mungkin merupakan tanda bahwa mereka ingin menghindari sekolah karena adanya perundungan. 

“Anda mungkin mendengar anak mengatakan hal-hal seperti, 'Oh, aku sakit kepala. Aku tidak ingin pergi ke sekolah. Aku merasa tidak enak badan.' Ini mungkin hanya alasan untuk menutupi hal lain yang terjadi. Masuk akal jika suatu tempat yang kita tuju tidak terasa aman lagi, maka kita tidak ingin pergi ke sana.”

Kecemasan

Dr Khan mengatakan bahwa kecemasan, terutama kecemasan sosial, sangat umum terjadi pada anak-anak yang menjadi korban bully. Kecemasan bisa menjadi sakit perut dan sakit kepala. Itu karena serotonin, neurotransmitter atau bahan kimia yang digunakan sel saraf tubuh untuk mengirim sinyal, memengaruhi otak dan usus. 

Tingkat serotonin yang rendah dikaitkan dengan kecemasan, sakit kepala, dan masalah usus seperti sindrom iritasi usus besar.

Perubahan perilaku

Jika anak mulai bertingkah berbeda, atau prestasinya di sekolah mulai berubah, ini juga bisa menjadi tanda bahwa ia sedang menjadi korban bullying. 

“Mungkin mereka jadi lebih sulit berkonsentrasi,” kata Dr. Khan. “Mungkin nilai mereka turun drastis. Mungkin kepercayaan diri dan keceriaannya hilang. Itu semua adalah beberapa tanda peringatan yang harus diwaspadai oleh orangtua.”

Cara membantu anak yang dibully

Hal terbaik yang dapat dilakukan orangtua adalah memberi tahu anak bahwa mereka bisa membicarakan apa pun yang terjadi, dan mereka tidak perlu merasa malu atau takut jika mereka dibully. 

“Faktor perlindungan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan ini adalah memiliki setidaknya satu orang dewasa terpercaya yang dapat mereka andalkan,” kata Dr. Khan. 

“Luangkan waktu lima hingga 10 menit setiap hari, hanya untuk berbicara dengan anak-anak Anda. Bisa tentang apa saja — berita, politik, olahraga, teman, minat mereka. Lakukan secara konsisten, sehingga jika ada sesuatu yang muncul, anak dapat menyampaikannya selama percakapan tersebut.”

Dr. Khan menambahkan bahwa mengetahui bagaimana merespons ketika anak-anak Anda mengemukakan soal bullying juga merupakan kunci. “Banyak orangtua memberi masukan yang keliru, superti meminta anak melawan secara fisik. Dalam beberapa hal, hal ini dapat menimbulkan stres karena menimbulkan tantangan baru.” 

Jika bullying terjadi tepat di hadapan Anda, cobalah menghentikannya dengan fokus membantu korban. "Menjauhkan diri atau menyuruh pelaku intimidasi untuk berhenti bisa efektif dalam beberapa kasus, namun tidak pada kasus lain.”

Menghadapi pelaku bully secara langsung juga tidak efektif karena mereka bisa mengulangnya saat tidak ada orang lain. “Yang tidak terlalu membantu adalah membalas si pelaku bully,” katanya. “Karena meskipun hal itu dapat membuat Anda merasa senang pada saat itu, hal itu tidak benar-benar berfokus pada korban.”

“Saat berbicara dengan banyak anak yang pernah mengalami perundungan, hal terbesar yang mereka rasakan adalah perasaan sendirian, bahwa tidak ada orang lain di sekitar mereka yang menolong,” jelasnya.

“Kalau kita melihat bullying, hal terbaik yang harus dilakukan adalah memikirkan korbannya, dan bagaimana kita mengeluarkan mereka dari situasi tersebut.”

Jika bullying terjadi di sekolah atau dilakukan murid dari sekolah yang sama, memberi tahu sekolah anak tentang perundungan yang terjadi juga berguna. “Hubungi sekolah sesegera mungkin, karena guru dan staf bisa sangat membantu dalam mengawasi dan hadir untuk anak-anak Anda,” kata Dr. Khan.

“Memiliki kebijakan anti-bullying di sekolah, mengadakan konferensi sekolah tentang anti-bullying, dan kemudian mengadakan pertemuan orangtua untuk mendengar tentang hal-hal yang terjadi di sekolah sangatlah membantu,” kata Dr. Khan. 

“Banyak orangtua mungkin tidak tahu persis apa yang terjadi dengan anak-anak mereka di sekolah. Dan jika jalur komunikasi terbuka di kedua sisi, kita dapat menghentikan hal-hal ini sebelum masalah tersebut mulai terjadi.”

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/02/20/170221520/tanda-anak-jadi-korban-bullying-dan-cara-mengatasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke