Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dianggap Cepat Move On, Laki-laki Justru Lebih Menderita Setelah Putus

Bahkan, beberapa survei mengatakan bahwa laki-laki cenderung lebih cepat pulih dari patah hati setelah putus cinta daripada perempuan.

Namun, hal tersebut tidak selamanya benar. Karena menurut sebuah penelitian terbaru yang dilakukan dengan 184.000 partisipan, laki-laki tampaknya lebih terpengaruh oleh putusnya sebuah hubungan daripada yang diperkirakan oleh stereotip tersebut.

Jika memang demikian, lalu mengapa ada perbedaan waktu move on antara laki-laki dan perempuan?

Nah, dikutip dari laman Marriage, pada Selasa (2/4/2024), ada beberapa alasan laki-laki justru lebih menderita dan sulit melupakan mantan setelah putus.

Alasan laki-laki lebih menderita setelah putus

1. Laki-laki lebih banyak memendam perasaan

Sejak kecil, anak laki-laki diberitahu untuk tidak menangis atau menunjukkan emosi apapun.

Mereka tumbuh dengan belajar bahwa menangis berarti menjadi lemah, dan merasa terluka atau mengekspresikannya berarti mereka tidak cukup "jantan".

Karena hal ini, laki-laki juga cenderung menekan emosi mereka lebih banyak daripada perempuan.

Kita mungkin bertanya-tanya apakah laki-laki terluka setelah putus cinta? Jawabannya adalah ya, tetapi mereka mungkin tidak menunjukkannya secara terbuka karena stigma yang mengelilingi ekspresi rasa sakit atau kesedihan.

Hal ini membuat mereka tidak mampu mengekspresikan perasaan mereka tentang putus cinta, sebaliknya, mereka memendamnya.

Studi menemukan, lebih dari 30 persen laki-laki mengalami depresi, tetapi kurang dari 9 persen yang benar-benar melaporkannya. Yang berarti, kebanyakan laki-laki bahkan tidak menceritakan perasaan mereka kepada orang lain atau mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.

Ketika seseorang menekan perasaannya, mereka mungkin mencoba mengalihkan perhatian atau berpura-pura bahwa mereka bahagia dan semuanya berjalan baik-baik saja, padahal tidak demikian.

Ini adalah salah satu alasan mengapa laki-laki terlihat tidak terluka sama sekali, padahal sebenarnya mereka hanya menyembunyikannya.

2. Mengikuti cara-cara yang toksik

Meskipun laki-laki dan perempuan sama-sama terluka setelah putus cinta, namun perempuan lebih banyak melaporkan perasaan mereka daripada laki-laki.

Sementara laki-laki terlihat sepert tidak peduli meskipun sebenarnya mereka peduli.

Pada kenyataannya, laki-laki hanya mencoba untuk mengikuti cara-cara toksik yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki lainnya dan berpikir bahwa ini adalah respons yang tepat.

Sayangnya, cara-cara toksik untuk mengatasi putus cinta ini tidak berkelanjutan dan membuat mereka lebih menderita setelahnya.

3. Mencoba untuk mengatasi putus cinta secara mandiri

Kita mungkin sering memerhatikan bahwa beberapa laki-laki sangat ragu-ragu untuk meminta bantuan, apapun itu masalahnya.

Soal putus cinta juga demikian, laki-laki mungkin ragu untuk berkomunikasi dan meminta bantuan.

Penelitian menunjukkan, laki-laki seringkali bersikeras untuk tidak mendapatkan bantuan atau simpati sehingga mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk melupakan suatu hubungan.

Perempuan mungkin akan berbicara dengan teman dan keluarga mereka, menangisi, dan meminta bantuan lebih banyak daripada laki-laki, yang merupakan cara sehat untuk mengatasi depresi atau kecemasan karena putus cinta.

4. Berharap mantan mereka berubah pikiran

Laki-laki kerap kali tidak menyadari bahwa sebuah hubungan telah berakhir, sehingga mereka terus menunggu sang mantan untuk kembali.

Hal ini dapat terjadi ketika mereka mencampakkan seorang perempuan dan bukan sebaliknya. Terkadang mereka berpikir bahwa karena hal ini, mereka berada di atas angin dan terlalu percaya diri dengan posisi mereka dalam hubungan.

Terlalu percaya diri dapat membuat beberapa laki-laki tetap dalam penyangkalan dan menolak untuk menerima jika mantan mereka tidak akan kembali.

Hidup dalam penyangkalan ini secara signifikan memengaruhi kemampuan mereka untuk beralih dari hubungan tersebut.

Biasanya, seorang laki-laki menyadari bahwa hubungan mereka telah berakhir setelah mantan mereka punya kekasih lain. Setelah itu, patah hati bagi seorang laki-laki terasa tak tertahankan, dan mereka mencoba mengatasinya dengan cara yang tidak sehat.

5. Laki-laki menyangkalnya terlebih dahulu dan merenungkannya kemudian

Laki-laki terkadang lebih sering menyalahkan orang lain dan tidak sepenuhnya menerima kekurangan mereka sendiri.

Penelitian menemukan bahwa laki-laki cenderung menyangkal kesalahan mereka, meminimalkan kesalahan mereka, dan menyalahkan pasangan mereka atas perpisahan yang terjadi.

Hal ini membuat mereka menghabiskan beberapa minggu pertama setelah putus cinta dengan marah pada pasangannya.

Beberapa orang mungkin membuang energi mental mereka yang berharga untuk menyalahkan mantan mereka, padahal fokus pada perasaan mereka sendiri akan lebih produktif.

Setelah beberapa saat, mereka mungkin mulai merenungkan perilaku mereka, itulah sebabnya mereka dapat bertindak seperti tidak peduli setelah putus cinta pada awalnya dan kemudian mulai merasakan penyesalan.

6. Dampak citra sosial

Kekhawatiran tentang bagaimana perpisahan dapat memengaruhi citra atau reputasi sosial mereka dapat membuat laki-laki menekan emosi mereka, yang berkontribusi pada tertundanya pengakuan dan pemrosesan akhir hubungan.

7. Stres dalam karier

Ketika laki-laki mengalami putus cinta, terkadang mereka mencurahkan perhatian pada pekerjaan mereka lebih dari biasanya. Mereka mengira fokus pada pekerjaan mereka membantu menghindari memikirkan rasa sakit akibat putus cinta.

Tapi hal ini dapat menunda penyembuhan emosional mereka karena mereka tidak berurusan dengan perasaannya, hanya menyibukkan diri.

8. Keengganan untuk mencari bantuan

Beberapa pria merasa sulit untuk meminta bantuan ketika mereka mengalami masa-masa sulit. Mungkin mereka berpikir bahwa mereka harus kuat atau mencari jalan keluar sendiri.

Tapi mencari dukungan, baik dari teman, keluarga, atau profesional, dapat membuat perbedaan besar dalam mengatasi putus cinta.

9. Perbedaan pemrosesan emosi

Laki-laki dan perempuan terkadang menangani emosi secara berbeda.

Bagi laki-laki, mungkin perlu waktu lebih lama untuk benar-benar memahami dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan setelah putus cinta. Mereka mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk memilah-milah emosi mereka dan memahami semua yang telah terjadi.

10. Ekspektasi sosial

Kondisi sosial di masyarakat seringkali mengharapkan laki-laki untuk bersikap tegar dan tidak menunjukkan terlalu banyak emosi. Hal ini dapat menyulitkan mereka untuk membicarakan perasaan mereka secara terbuka setelah putus cinta.

Banyak laki-laki juga mungkin merasa tertekan untuk bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja, meskipun sebenarnya mereka terluka. Ekspektasi ini dapat menunda proses penyembuhan mereka.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/04/03/070000920/dianggap-cepat-move-on-laki-laki-justru-lebih-menderita-setelah-putus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke