JAKARTA, RABU — Toyota akhirnya memasarkan Hilux Double Cabin (DC) di Indonesia. Dari beberapa varian yang dibuat di Thailand, untuk konsumen Indonesia, Toyota memilih Hilux DC mesin turbo diesel intercooler (TDi), common rail dengan teknologi pemindah daya: 4x4 part time.
Pilihan tersebut menjadikan Hilux DC unggul dalam beberapa hal dibandingkan dengan kompetitornya yang lebih dulu masuk ke Indonesia. Utamanya adalah tenaga.
Desain gril dan lampu depan Hilux DC dan SC sama. Perbedaan ada pada bagian depan, yaitu kap mesin. Untuk DC, kap mesin dilengkapi dengan air scoop atau corong dan membuatnya tampil lebih macho.
Perbedaan lainnya adalah ukuran ban, jenis dan model velg. Meski sama-sama menggunakan ban 15, telapak DC lebih lebar, yaitu 255, sedangkan SC 205. Untuk velg, SC menggunakan pelat, sedangkan DC dari alloy. Tambahan lain adalah footstep aluminium yang dipasang di sisi kanan dan kiri.
Perlengkapan interior yang disertakan pada Hilux ini adalah AC, audio 2DIN CD player dengan 4 speaker, sedangkan instrumen menggunakan model analog yang berada di dalam tiga lingkaran.
Teknologi andalan dari mesin ini adalah common rail dan turbo intercooler dan diberi nama D4D (Direct 4-stroke Diesel Turbo Common Rail) oleh Toyota.
Dibandingkan dengan kompetitornya yang sudah lebih dulu dipasarkan di Indonesia, tenaga yang dihasilkan Hilux ini paling besar, yaitu 163 PS, sedangkan torsi 35 kgm. Hebatnya, torsi diperoleh pada putaran relatif rendah dan ‘rata’ (flat), yaitu 1.400-3.400 rpm. Dengan karakteristik tersebut, mesin cocok untuk off-road dan medan yang banyak tanjakannya. Mesin juga cenderung irit karena, untuk mendapatkan traksi, tidak perlu menginjak pedal dalam-dalam (putaran tinggi).
Fitur lain yang dibanggakan Toyota dari mesin ini adalah intercooler. Alat ini digunakan untuk mendinginkan udara yang diisap oleh turbin sebelum dipasok ke dalam mesin. Dengan cara ini, kerja mesin lebih efisien karena suhunya bisa dijaga relatif rendah.
Untuk turbo, digunakan teknologi variable nozzle. Dengan ini, kemampuan kerja turbo, mulai dari putaran rendah dan tinggi sama efektifnya. Fenomena turbo lag atau lelet pada putaran rendah dapat dicegah. Sebaliknya, saat mesin bekerja pada putaran lebih tinggi, putaran turbo yang berlebihan juga bisa dicegah. Dengan cara ini, daya tahan turbo jadi lebih baik.
Perpindahan dari 4x2 ke 4x4 dapat dilakukan sambil jalan, tetapi harus di bawah kecepatan 80 km/jam. Sebaliknya, pengalihan H4 ke H2 dapat dilakukan pada setiap kecepatan. Adapun pengalihan H4 ke L4, kendaraan harus diberhentikan dulu atau di bawah kecepatan 8 km/jam.
Dengan kondisi tersebut, wajar saja Toyota bisa menawarkan kendaraan double cab ini dengan harga yang kompetitif.
Dimensi (mm) | |||
Kendaraan | Bak | ||
Panjang | 5,255 | Panjang | 1,520 |
Lebar | 1,835 | Lebar | 1,515 |
Tinggi | 1,820 | Tinggi | 450 |
Jarak sumbu roda | 3,085 | ||
Bobot | 1,865 kg | ||
GVW | 2.755 kg | ||
Radius putar | 6,5 meter | ||
Mesin | |
Tipe | Diesel DOHC, injeksi langsung, 4 silinder, 16 katup, turbocharger dan intercooler |
Kapasitas | 2.982 cc |
Perbandingan kompresi | 17,9: 1 |
Tenaga maks. | 163 @3.400 rpm |
Torsi maks. | 35 @1.400-3.200 rpm |
Sistem pasokan BBM | Common rail |