padang perburuan, padang perbukuan
ladang pengabdian, pandang menjanjikan
semua tumbuh subur di lahan-lahan garapan
di lahan-lahan harapan, kusimpan puisi kehidupan
kupersembahkan kepada Pujangga Sejati—Allah
ke nama pun kaki melangkah semua mengarah
ke mana pun doa melesat semua jadi berkah
ke manapun mengalir, satu muaranya: cinta
korrie berkayuh di atas perahu kayu
mengalir dari tepian mahakam menuju jakarta
korrie bersimpuh di muka makam menjelang senja
menjelang senja kuuntai doa
semoga bahagia dan sejahtera
Jambi, 1994
MASJID AGUNG AL-FALLAH
sebuah rumah putih tak letih menunggumu
menumpahkan rindu. masihkah engkau berlalu
ketika azan memanggilmu? cucilah dirimu dari kurap waktu
kenapa engkau termangu memandangku?
cuci tangan dan kakimu
masuklah ke serambi hatiku
beribu hari aku berdiri di sini
tetapi kenapa engkau kalap menangkap isyarat?
aku lebih besar dari meja bilyar
tetapi engkau lebih memilih berjudi dengan nasib
berpusar-pusar di tengah pasar
tak letih menawar agar-agar
aku menjulang melebihi gunung kerinci
tetapi engkau masih juga bingung menghitung makna rezeki
aku megah di atas sepucuk jambi sembilan lurah
tetapi engkau masih juga gelisah
pulanglah ke rumah: tumpahkan segala desah
masuklah ke dalam hatimu sendiri
di sana tegak mimbar kayu jati:
agama ageming ati
Islamic Centre, 1994
CANDI MUARO JAMBI
aku dengar keluh batubatu runtuh
berpeluh. tak ada arca atau stupa
hanya ilalang bergoyang terpanggang matahari
sebuah situs tak terurus menggerus hati
pejalan sunyi, sendiri memikul luka diri
mengaca pada bayang batanghari
yang tiada henti merangkum tragedi