”Jika sejumlah orang berencana mengadakan gerakan antikeamanan dengan mendengarkan seruan jaringan kontrarevolusi, mereka akan ditumpas,” kata Gubernur Teheran Morteza Tamaddon, Kamis (9/7).
Sudah 11 hari berlalu di Iran tanpa ada protes di jalanan setelah polisi, Garda Revolusi, dan milisi Basij mengambil tindakan keras terhadap pendukung Mousavi. Sedikitnya 20 pemrotes tewas dalam kekerasan tersebut.
Sejak pemilu presiden berlangsung pada 12 Juni, gelombang protes pendukung Mousavi pecah di jalan-jalan. Mereka memprotes hasil pemilu yang dimenangi Presiden Mahmoud Ahmadinejad karena dinilai penuh kecurangan.
Saksi mata menuturkan, meskipun ada ancaman dari otoritas, selebaran berisi ajakan untuk turun ke jalan tetap beredar di sejumlah wilayah di Teheran. Selebaran itu berisi ajakan turun ke jalan pada Kamis guna memperingati 10 tahun protes mahasiswa yang diredam dengan kekerasan oleh aparat keamanan tahun 1999 di Teheran University.
Saksi mata lain menuturkan, polisi menembakkan gas air mata saat ratusan demonstran mengabaikan peringatan pemerintah dan turun ke jalan menuju Teheran University.
Untuk mencegah massa kembali turun ke jalan, otoritas Iran telah mengambil sejumlah langkah. Layanan pesan singkat (SMS) tidak dapat digunakan selama tiga hari berturut-turut.
Pemerintah juga menutup universitas dan menyatakan hari libur tambahan pada Selasa dan Rabu dengan alasan debu dan polusi yang menyelimuti Teheran pada pekan ini.
Polisi menyebutkan, sekitar 1.000 orang ditangkap dalam rangkaian protes pascapemilu. Sebagian besar dari mereka telah dibebaskan.
Angka itu berbeda dengan yang dilaporkan stasiun televisi berbahasa Inggris milik pemerintah, Press TV, yang menyebutkan 2.500 orang telah ditangkap dan 500 orang di antaranya akan menghadapi pengadilan. Sisanya telah dibebaskan.
Orang-orang yang masih ditahan adalah tokoh gerakan reformasi, termasuk mantan pejabat dan anggota kabinet. Pekan lalu, aksi penangkapan terhadap aktivis, wartawan, dan blogger masih marak.
Dari pertemuan puncak Kelompok 8 (G-8) di Italia, negara-negara anggota G-8, Rabu, mengeluarkan pernyataan berisi keprihatinan atas kekerasan pascapemilu di Iran. Namun, G-8 menyatakan niat untuk menemukan solusi damai soal program nuklir Iran.
Iran berulang kali menuding Barat, terutama Inggris, mencampuri urusan dalam negerinya. Iran masih menahan satu dari sembilan staf lokal Kedutaan Besar Inggris di Teheran karena dianggap memicu kekacauan di Teheran.