Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empis-empis dan Brongkos Temanggung yang Bikin Kangen

Kompas.com - 13/09/2009, 16:35 WIB

Resep empis-empis, kata pemilik Warung Arum 2, yakni pasangan Candra dan Dwi Setyowati, sederhana saja. Bawang merah dan putih diiris lalu ditumis. Masukkan cabai hijau yang telah diiris miring memanjang. Masukkan tomat hijau, daun salam, lengkuas, dan isi berupa tempe bongkrek atau tahu. Diamkan beberapa saat, lalu masukkan santan kental. Patut dicatat, porsi cabai hijau sama atau lebih banyak daripada isinya. Aroma harum empis-empis justru ditebar oleh irisan cabai hijau.

Sekarang soal brongkos. Yogyakarta juga punya brongkos, tetapi ada perbedaan antara brongkos Yogyakarta dan Temanggung, salah satunya karena adanya kacang tolo di brongkos Yogyakarta. ”Brongkos Temanggung enggak pakai kacang tolo,” kata Candra.

Brongkos Temanggung memiliki keistimewaan karena berasal dari racikan hampir semua bumbu dapur. Bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, merica, cabai merah, kunyit, jahe, kencur, hingga daun jeruk purut/wangi. Satu lagi yang khas dari brongkos adalah keluwak yang membikin kuah menjadi hitam.

Semua bumbu diulek lantas ditumis. Masukkan daging sapi atau jeroan yang telah diiris-iris ke dalamnya. Setelah daging empuk, tuang santan kental dan tunggu sampai mendidih.

Masih ada satu lauk yang juga khas di Temanggung, yakni oblok-oblok lembayung (daun kacang). Disebut oblok-oblok lantaran masakan ini tidak hanya membutuhkan santan, tetapi sekaligus juga kelapa parutnya. Diublek atau dicampur menjadi satu.

Di antara sejumlah warung di seputar alun-alun Temangung, hanya Warung Arum 2 yang menawarkan oblok-oblok. Karena cukup favorit, sore hari menu ini biasanya sudah ludes terbeli. Rasa oblok-oblok ini manis dan segar, cocok untuk lauk santap siang. Kami pun kehabisan menu ini ketika singgah ke Warung Arum 2 di satu sore pada hari lain.

Yang murah dalam baskom

Warung Arum sudah buka sejak tahun 1980-an. Saat itu pemiliknya bernama Mbah Pratomo yang sekarang sudah meninggal. Arum lantas dikelola anaknya, Sri Aminah, sampai sekarang. Dwi Setyowati, istri Candra, keponakan Sri Aminah, pada tahun 2004 membuka warung serupa yang dinamai warung Arum 2. ”Sengaja diberi nama Arum 2 supaya gampang saja, sekaligus menunjukkan kalau dua warung ini masih satu leluhur,” kata Candra.

Kedua warung ini melayani pengunjung yang makan di tempat ataupun dibawa pulang. Kebanyakan pelanggan justru para ibu yang memilih membeli lauk matang ketimbang masak sendiri di rumah. Praktis.

Oleh karena itu, Warung Arum dan Warung Arum 2 melayani seberapa pun konsumen mau membeli. ”Membeli brongkos Rp 1.000 pun kami layani. Bahkan, kalau misalnya cuma punya uang Rp 500 dan ingin makan brongkos, kami akan kasih, hanya porsinya sedikit sekali,” tutur Candra.

Sebagai warung di kota kecil, tentu memasang harga cukup murah. Untuk satu kali makan siang dengan lauk brongkos, empis-empis, dan oblok-oblok plus segelas minuman, Rp 10.000 pun cukup. Kalau mau tambah dengan terik ayam kampung, tinggal tambah sedikit saja uang, tergantung harga ayam. Kami berdua makan dengan lauk ayam dan empis-empis ditambah kerupuk dan teh manis di Warung Arum hanya membayar Rp 30.000. Harga yang ”sangat” murah untuk ukuran Jakarta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com