Ketua Dewan Pendidikan Kota Medan itu juga melihat adanya ketidaksesuaian pengajaran Bahasa Indonesia di beberapa sekolah. Bagi siswa SMK, misalnya, mereka dididik dan dilatih agar terampil secara motorik. Sadar atau tidak, mereka kemudian menilai bahwa Bahasa Indonesia bukan yang utama.
Hal itu diakui Kepala Sekolah SMKN 7 Amiruddin. Menurut dia, banyak siswanya yang kesulitan menangkap makna teks dalam soal-soal UN Bahasa Indonesia. ”Teksnya panjang-panjang. Siswa kesulitan menyimpulkan sisi dari teks tersebut sehingga banyak jawaban salah,” ujarnya.
Sementara itu, sejumlah guru di Kabupaten Labuhan Batu belum menandatangani surat kelulusan UN. Mereka beranggapan, pemindaian hasil UN harus diperiksa lagi karena sangat mungkin terjadi kesalahan sehingga banyak siswa tak lulus. Di SMAN 2 Labuhan Batu Induk, yang merupakan sekolah favorit, terdapat 99 siswa tak lulus UN. Hal itu mereka anggap ganjil.
Keluhan itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Labuhan Batu Induk Heryanto kepada Ketua Tim Pemantau Independen UN Sumut Syawal Gultom.
”Mereka baru mau tanda tangan kalau ada pemeriksaan ulang pemindaian tersebut,” ujar Syawal.
Ketua Penyelenggara UN
Dia menyarankan, sebaiknya guru-guru di Labuhan Batu Induk langsung melapor ke Kementerian Pendidikan Nasional atau Badan Standar Nasional Pendidikan.