Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cuci Perut" Agar Terasa Plong

Kompas.com - 30/06/2010, 10:16 WIB

KOMPAS.com - Anda sering bermasalah dengan urusan "ke belakang"? Tinja begitu keras sehingga Anda harus mengejan kuat-kuat, dan sayangnya, kotoran tetap saja mampet di ujung. Hal ini biasanya terjadi karena Anda jarang mengonsumsi serat.

Menurut dr Phaidon L. Toruan, MM, dalam bukunya Fat-Loss Not Weight-Loss: Gemuk tapi Ramping, kondisi lain yang hampir sama adalah IBS (Irritable Bowel Syndrome). Ini penyakit kronik yang terdiri atas kumpulan gejala akibat gangguan fungsional pada usus besar. Keluhannya bisa berupa nyeri pada perut kiri bawah yang beratnya bervariasi, frekuensi buang air besar yang tidak normal (bisa lebih dari tiga kali dalam sehari, atau kurang dari tiga kali dalam seminggu), bentuk tinja tidak normal (seperti pita, encer, atau bundar-bundar), tinja berlendir, kembung, rasa penuh, bersendawa, nafas berbau, perasaan yang tidak tuntas saat buang air besar, dan sering buang angin.

Pedoman diagnosis yang dibuat oleh para ahli menyatakan bahwa paling sedikit selama 12 minggu dalam 12 bulan pasien merasakan gejala di atas. Dua belas minggu tersebut tidak harus berturut-turut tapi jumlah total dalam 12 bulan. Biasanya IBS tidak diketahui penyebab yang pasti, tetapi kecemasan dan stres dapat memacu dan memperparah gejala.

Sebagian besar pasien IBS mengalami rasa nyeri pada bagian bawah perut, disertai kesulitan buang air besar atau diare, bahkan pada beberapa kasus kesulitan buang air besar dan diare terjadi secara bergantian. Keluhan yang timbul dapat sembuh dan kambuh kembali yang berlangsung sudah lama, dan seringkali dimulai pada masa anak-anak.

Bila Anda mengalami IBS, tidak ada salahnya Anda melakukan proses "cuci perut" menggunakan bahan follium sennae dan ekstrak rhei. Saat ini ada tiga macam cara cuci perut. Pertama, dengan menggunakan fiber. Fiber yang berfungsi sebagai sapu alam akan menyapu usus kita dan membersihkan sisa makanan yang nyelip.

Kedua, ada cara mekanik yang mulai populer, yakni colon hydrotherapy, memasukkan cairan ke dalam anus sampai agak penuh lalu dipijat, yang kemudian secara otomatis akan dikeluarkan lagi saat kita mulai merasa mulas. Cairan yang dimasukkan mengandung follium sennae.

Cara ketiga, bagi yang agak ngeri dengan cara mekanik, gunakanlah eucarbon -obat alami yang aman mengandung follium sennae dan ekstrak rhei, yang bekerja non-sistemik mengikat racun dan zat sisa metabolisme di dalam saluran pencernaan kita. Anda yang menderita IBS, sering merasa kembung, sembelit terkait wasir, atau rasa penuh di usus boleh mencoba menggunakan eucarbon. Gunakan malam dan pagi hari. Rasanya pun plong, seperti banyak sekali yang terbuang.

Hal ini juga disarankan agar Anda merasakan sensasi perut yang lebih ramping dan lega. Bukan hanya karena lemak perut yang menipis setelah program olahraga, diet, dan terapi lain, tapi juga karena isi perut yang tidak berguna -sampah metabolisme- dapat dibuang.

Jika Anda ingin menggunakan eucarbon, dosis yang tepat bagi dewasa dan remaja di atas usia 12 tahun adalah 1-2 tablet untuk tiga kali sehari. Sementara anak-anak usia 2 tahun ke atas dapat diberi 1/2 - 1 tablet, 3 kali sehari. Eucarbon dapat dikonsumsi bersamaan dengan waktu makan atau sesudahnya, disertai banyak minum.

Komposisi yang terkandung dalam eucarbon adalah:
* Follium sennae dan ekstrak rhei: memiliki efek pencahar (memudahkan buang air besar) dan melunakkan tinja.
* Carbo ligni: mengikat gas-gas dan menetralkan toksin.
* Sulphur depuratum: bersifat desinfektan ringan.
* Minyak esensial dari mint dan fennel: memiliki efek antispasmodik (antikejang) dan carmianative (memudahkan buang angin).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com