Cara membuat pempek udang sama saja dengan membuat pempek ikan. Udang segar dibersihkan bagian kepala dan buntutnya, dihaluskan, dan dicampur tepung, penyedap rasa, serta garam.
”Saya sendirian sanggup mengolah 45 kilogram udang segar menjadi pempek. Saya biasanya membuat pempek tiga kali dalam sehari,” katanya.
Di Sungsang, Cek Lina menjual pempek udang Rp 5.000 per buah. Sedangkan di Palembang, Cek Lina menjual pempek udang Rp 7.000 per buah. Harga lebih tinggi karena perjalanan dari Sungsang ke Palembang butuh waktu dua jam. Dengan Rp 7.000, Cek Lina masih mendapatkan untung yang lumayan.
Setiap hari, Cek Lina mendatangkan udang segar dari Sungsang ke Palembang dengan kapal cepat kemudian menggunakan mobil. Ongkos angkut udang segar Rp 1.000 per kilogram. Cek Lina baru mengolah udang segar menjadi pempek setelah udangnya tiba di Palembang.
Udang harus didatangkan dari Sungsang karena untuk membuat pempek udang harus memakai udang yang benar-benar segar. Udang yang sudah diberi pengawet atau disimpan dalam es tidak bisa dibuat pempek. ”Kalau udangnya tidak segar, pempeknya pasti hancur,” kata Cek Lina.
Menurut Usman, kendala usaha pempek udang adalah pasokan udang segar yang tidak menentu. Ketika udang sedang langka, untuk mendapatkan lima kilogram udang saja sulit. Biasanya udang sulit dicari pada Juli-Agustus.
”Harga udang di Sungsang Rp 10.000 per kilogram. Kalau lagi sulit, harganya Rp 13.000-Rp 15.000 per kilogram. Saya membeli udang langsung dari nelayan,” kata Usman.
Sangat banyak rumah tangga di Sungsang yang memproduksi pempek udang. Namun, Usman bangga karena dari sekian banyak produsen pempek udang di Sungsang, hanya Usman dan istrinya yang memasarkan pempek udang di luar Sungsang.
Masalah yang dihadapi usaha pempek udang Cek Lina sama dengan UKM pada umumnya, yaitu terbatasnya pemasaran dan modal.
”Prospek pempek udang bagus di Palembang, tetapi susah mencari lokasi untuk berjualan di Palembang. Kalau cuma jualan di Sungsang, tidak mungkin berkembang,” kata Cek Lina.