Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Gatot Eddy Pramono mengatakan, jamu yang diminum Agus, Taryono, Toro, dan Yusuf juga ditenggak oleh 11 orang lain pada malam Minggu kemarin.
”Pantauan terakhir, 11 meninggal dan 5 kritis,” kata Gatot, Senin malam.
Direktur Utama RS Fatmawati Chaerul Radjab Nasution mengatakan, dari temuan bahan di kios S, sesuai dengan laporan kepolisian, ada kemungkinan tersangka S mencampur bahan jamu asli dengan bahan lain yang ditemukan di dalam kios, seperti air jeruk, ginseng, anggur, dan minuman keras.
”Itu semua zat kimia yang jika dicampur tanpa takaran tepat, mungkin bisa bertentangan dan menjadi cairan berbahaya,” kata Chaerul.
Jika menenggak cairan oplosan itu, lambung manusia akan merespons dengan munculnya rasa mual. Dampak selanjutnya, cairan berbahaya ini bakal merusak organ dalam seperti ginjal, hati, dan sumsum tulang.
Untuk itu, kata Chaerul, melihat banyaknya kios jamu yang kini tersebar di Jakarta, hendaknya masyarakat berhati-hati.
Jika jamu atau minuman penambah energi yang ditawarkan tidak ada label dari Dinas Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta tanpa keterangan susunan bahan pembuatnya, sebaiknya tidak dikonsumsi. Termasuk jika dijanjikan dapat memperkuat stamina tubuh.
Namun, apakah Taryono, Agus, dan mungkin ribuan warga kelas menengah ke bawah lainnya paham soal ini? (ANDY RIZA HIDAYAT/AGNES RITA SULISTYAWATI)