Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diana Tarigan: Pendengar untuk yang Curhat

Kompas.com - 03/01/2011, 08:57 WIB

Sementara soal pola asuh, ibu dua anak ini menilai, saat ini masih banyak anggapan bahwa status sebagai orangtua didapat secara alami setelah seseorang menikah dan punya anak. Padahal, salah asuh yang dilakukan orangtua bisa menjadi masalah di kemudian hari, bahkan hingga anak tumbuh dewasa.

Dan, pada dua tahun terakhir, spesialisasi perempuan yang gampang diajak ngobrol ini bertambah. Dia memberi pendampingan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, seperti penderita autisme dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Kegiatan terakhir ini bermula dari aktivitasnya mengajar di College of Allied Educators, yaitu lembaga pendidikan bagi mereka yang tertarik untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus. ”Mahasiswa saya adalah ibu-ibu dan para terapis. Tetapi, lama-lama saya berhubungan langsung dengan si anak karena ada orangtua yang membawa anaknya kepada saya setelah tahu saya psikolog,” kata Diana.

Dunia ini ternyata membuat Diana tertantang karena menjadi psikolog bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya harus memberi terapi kepada si anak, tetapi juga konseling kepada orang tua. Apalagi, mendidik anak-anak seperti ini membutuhkan kesabaran ekstra.

Pendengar yang baik
Lalu, bagaimana Diana bisa tertarik pada bidang psikologi?

Ternyata, bakatnya menjadi psikolog sudah terlihat sejak kecil. ”Kalau diingat, saya sudah jadi tempat curhat teman-teman sejak SD. Entah kenapa, banyak teman yang cerita panjang lebar, bahkan sampai nelepon ke rumah. Padahal, saya tukang dengerin doang,” katanya.

Memasuki usia SMP, Diana mulai suka membaca rubrik psikologi di surat kabar. Pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku orang dari cerita yang dia baca mulai muncul di benaknya.

”Hobi” menganalisis perilaku orang lain ini kemudian diperdalam setelah dia diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ketertarikan pada psikologi membuat Diana tak memilih jurusan lain saat mendaftar kuliah. ”Saya daftar juga di Universitas Airlangga dan Universitas Surabaya. Semuanya jurusan psikologi,” katanya.

Sejak dulu Diana memang hanya suka mendengarkan cerita orang tanpa memberi nasihat. ”Menjadi psikolog, kan, tidak memberi solusi, hanya memberi wawasan, pilihan, dan menjelaskan konsekuensinya. Keputusan tetap ada di tangan klien,” katanya.

Selain klien, apakah teman dan saudara juga suka cuhat? ”Oh, pasti. Selalu cur-col (curhat colongan) saya harus selalu siap mendengarkan mereka, ha-ha-ha,” kata Diana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com