Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Dapur Karen Carlotta

Kompas.com - 18/04/2011, 09:40 WIB

Sang mama akhirnya memperbolehkan Karen masuk dapur saat putrinya tersebut SMA. Berbekal resep kue bolu dari buku-buku yang dibeli, Karen memulai petualangannya di dapur. ”Karena baru coba-coba, lebih banyak gagalnya, banyak yang jadinya keras,” katanya.

Karen tak menyerah. Rasa takjubnya ketika campuran tepung, gula, telur, dan baking powder berubah menjadi kue bolu yang mengembang membuatnya tertantang untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Bahkan, ketika chiffon cake pertama berhasil dibuat, Karen melakukan percobaan untuk mendapatkan rasa yang berbeda.

”Saya tidak mau hanya bisa membuat chiffon cake dengan rasa standar. Jadi, saya coba tambahkan jus wortel atau jus durian untuk mendapat rasa berbeda. Esens mint juga pernah saya coba dan ternyata kuenya terasa seperti pasta gigi, ha-ha-ha,” tutur Karen.

Selesai SMA, Karen sebenarnya bercita-cita memperdalam pengetahuan tentang memasak—yang selama ini diperoleh secara otodidak—melalui jalur pendidikan. Namun, orangtuanya lebih menginginkan putrinya tersebut menguasai ilmu manajemen.

Karena tuntutan ini, bidang manajemen akhirnya dipilih, bahkan sempat mengantarkannya ke dunia kerja di bank. Namun, karena tak bisa menikmati, Karen memilih mengundurkan diri.

Orangtuanya kemudian mengirim Karen ke Singapura untuk tinggal bersama Judith Carlotta (34), kakak tertua Karen. Di sinilah putri bungsu dari tiga bersaudara ini mulai merintis mimpinya menjadi koki. Dia mendaftar ke Shatec Institute untuk spesialisasi pastry and baking.

Kreativitas yang dimiliki Karen membuatnya terpilih menjadi wakil sekolah guna mengikuti kompetisi Food Hotel Asia 2006 untuk kategori kue pengantin. Sebuah kue pengantin bermotif batik dan ukiran Jepara, dilengkapi lampu yang bisa menyala di tengah, mengantarkannya meraih medali perunggu dari sekitar seratus peserta.

Daya imajinasinya memang sering kali menghasilkan kue dengan penampilan yang tak biasa. Satu kali, saat ibunya berulang tahun, Karen membuat sepatu hak tinggi dari gula bertuliskan nama ibunya. Karen juga pernah membuat kue prototipe Maxi saat kekasihnya tersebut berulang tahun.

”Saya memang suka membuat bentuk yang aneh-aneh. Dan, kalau sudah menemukan ide, saya punya kebiasaan untuk langsung mempraktikkannya, jam berapa pun. Kalau tidak, saya enggak akan bisa tidur,” kata Karen yang lulus dari Shatec Institute dengan IPK 3,95.

Pulang
Ketika kariernya tengah melejit di Singapura, Karen menghadapi konflik. Saat kembali ke Indonesia, Juni 2009, untuk menghadiri pernikahan kakaknya, orangtuanya melarang Karen kembali ke Singapura. ”Orangtua khawatir karena saya workaholic,” ujar Karen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com