SURABAYA, KOMPAS
”Partisipasi warga diperlukan. Sangat repot jika ditangani setelah terserang penyakit itu,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Kota Bogor, kemarin.
Di Jawa Timur, pemprov menyiapkan 40.000 ampul vaksin. ”Kabupaten/kota yang kekurangan segera dikirim,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur A Mudjib Afan.
Di Kabupaten Probolinggo,
Di Kota Surabaya, di Posyandu RW 14 Kelurahan Simokerto hanya tiga anak yang diimunisasi difteri. Sebagian besar yang datang pernah mendapat imunisasi lengkap.
Di Banyuwangi, imunisasi massal difteri, kemarin, kurang disambut warga. Sejumlah puskesmas sepi. Di Puskesmas Wongsorejo, orangtua yang antre tak tahu ada program itu.
Nurhayati, misalnya, hanya mengantar cucunya yang berusia empat tahun memeriksakan gigi. Ia tak tahu apakah cucunya sudah diimunisasi DPT Hb (difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B).
Ny Sari (35) juga tak tahu ada imunisasi difteri. Namun, ia akan membawa anaknya untuk ikut diperiksa. ”Anak saya sudah diimunisasi lengkap, tapi apa perlu diulang saya tak tahu,” katanya.
Petugas medis pun tanpa persiapan khusus. Kepala Puskesmas Mojopanggung dr Endrawan mengatakan, imunisasi massal baru akan dimulai 18 Oktober 2011. Selain difteri, juga akan ada vaksinasi campak dan tetanus.
RSUD Dr Soekandar Mojosari, Mojokerto, sejauh ini belum menerima pasien difteri.
Ahli penyakit tropik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof Ismoedijanto, menuturkan, program imunisasi menanggulangi meluasnya penularan penyakit harus berkelanjutan. Setidaknya butuh tiga tahun untuk benar-benar menekan penularan. ”Tak bisa ditanggulangi dalam waktu cepat,” katanya.