Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seks, antara Mitos dan Atraksi

Kompas.com - 29/12/2011, 15:40 WIB

"Pertanyaan mengenai seks anal banyak bermunculan pada 2011, hal ini tak terjadi pada 2010 lalu. Pada 2011, banyak orang menanyakan posisi seksual yang atraktif," jelas Zoya.

Anal seks tak sehat dan berisiko tinggi, tegas Zoya. Namun herannya, justru banyak yang ingin tahu mengenai aktivitas seksual ini. Menurut Zoya, boleh jadi pengalaman menonton video porno menjadi pemicunya. Di samping, adanya informasi yang keliru mengenai seks anal yang dianggap memberikan sensasi lebih spektakuler.

Zoya menyayangkan, karena menurutnya, masih banyak eksplorasi seksual yang dapat dilakukan pasangan untuk meningkatkan kualitas hubungan seks. "Saya sendiri heran, mengapa langsung terpikir melakukan seks anal, padahal belum mengeskplorasi berbagai macam posisi," lanjutnya.

Banyak variasi posisi seks vaginal yang aman, tidak berisiko, dan memberikan kenikmatan seksual yang lebih tinggi, bukan dengan seks anal, jelas perempuan kelahiran Jakarta, 7 September 1975 ini. Prinsipnya, lakukan aktivitas seksual apa saja berdua asal nyaman, tidak saling menyakiti tubuh pasangan, tidak berisiko, tidak ada kekerasan di dalamnya.

"Tak apa melakukan aktivitas seksual yang sedikit 'aneh' atau tak biasa asalkan tidak berisiko. Berhubungan seks di taman atau posisi helikopter misalnya. Jika ada permintaan pasangan untuk melakukan hubungan seks dengan cara 'aneh' jangan langsung menolaknya, jangan membatasi diri. Cara seperti ini lebih aman daripada seks anal yang katanya spektrakuler. Karena seks anal, meski menggunakan kondom sekalipun, tidak menjamin aman," jelas perempuan yang terpilih sebagai Most Inspiring Women 2009 versi Yves Saint Laurent itu.

Untuk meningkatkan kualitas hubungan seksual pasangan menikah, penggunaan sex toys juga dapat menjadi pilihan. Rupanya, aktivitas seksual dengan sex toys di Indonesia lebih kreatif dan bervariasi, dibandingkan pasangan di luar negeri misalnya. Perbandingan ini didapatkan Zoya saat mengikuti human sexuality short course (hak gay dan lesbian), di San Francisco State University Desember 2010 lalu.

"Keterbukaan mengenai seks di luar negeri relatif lebih tinggi. Namun masalah yang dialami cenderung sama, seperti banyak perempuan yang sulit mencapai orgasme. Yang mungkin berbeda adalah mitos-mitos seks, meski soal performa seksual tetap menjadi masalah. Namun, keanehan aktivitas seksual di Indonesia lebih mengejutkan. Penggunaan sex toys orang Indonesia lebih bervariasi dan cukup mengejutkan," jelas Zoya.

Minimnya edukasi seks, menjadi perhatian Zoya setiap tahunnya. Perempuan yang juga berprofesi sebagai pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini berencana membuat terobosan tahun depan untuk mengedukasi lebih banyak orang mengenai seksualitas.

"Saya berencana mengikuti sex conference di luar negeri, untuk kemudian meningkatkan edukasi seks di Indonesia, termasuk edukasi seks untuk remaja, anak jalanan, termasuk di penjara," jelas Zoya yang terbiasa menghadapi kontroversi dari setiap langkahnya mengedukasi masyarakat mengenai seksualitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com