Setia juga mengelola Pusat Sumber Pendidikan Inklusif
Peta taktual ini terbagi dalam tema wilayah administratif Indonesia hingga tingkat kabupaten, peta sumber daya alam abiotik, dan peta transportasi darat. Saat ini sedang disusun pula peta taktual bertema transportasi laut dan udara. ”Pembuatan peta ini adalah upaya pemenuhan hak asasi tunanetra untuk memperoleh informasi geospasial. Peta juga membantu mobilisasi mereka,” ujarnya.
”Anak sekolah tunanetra yang membaca peta jadi tahu bahwa Pulau Jawa itu kecil dan Sumatera itu bentuknya seperti singkong he-he....”
Pemberdayaan tunanetra juga dilakukan Bambang Basuki dengan mendirikan Yayasan Mitra Netra di Jakarta. Yayasan ini telah menyempurnakan sistem braille Indonesia bidang bahasa, matematika, fisika, dan kimia. Para pekerjanya juga mengembangkan teknologi buku braille dengan komputer melalui peranti lunak yang dapat mengubah
Mereka menyalin dan mencetak buku ke dalam braille. Setiap tahunnya, sekitar 150 judul buku digandakan menjadi 5.000 volume buku braille. Selain itu, dibangun juga perpustakaan braille
Di lembaga swadaya masyarakat yang berlokasi di Lebak Bulus itu, para anggota staf Mitra Netra menyelenggarakan layanan dukungan dan pendidikan, mulai dari layanan rehabilitasi, bimbingan belajar, pendampingan baca, tutorial mata pelajaran tertentu, hingga pelatihan komputer bagi mahasiswa guna membantu peserta didik tunanetra.
Berdirinya Mitra Netra yang telah dirasakan manfaatnya oleh para tunanetra di negeri ini tak lepas dari perjuangan hidup Bambang untuk menjadi individu bermakna. Menurut Bambang, menjadi orang yang bermanfaat itu merupakan hal mewah bagi tunanetra yang pikirannya selalu dihantui kekhawatiran menjadi beban.
Begitulah, ketika negeri ini semakin riuh dengan orang-orang yang berupaya memperkaya diri dengan berbagai cara, penyandang tunanetra memberdayakan diri dengan berkarya, mandiri. Tanpa korupsi.