Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

H7N9 yang Membingungkan

Kompas.com - 17/04/2013, 02:39 WIB

Kesiapan

Becermin pada Pemerintah China, tanpa menemukan bukti kuat bahwa virus H7N9 berasal dari hewan/unggas, pemusnahan tetap dilakukan dan melarang perdagangan unggas di pasar basah. Peternak/pedagang diberikan kompensasi meski tidak lebih dari 50 persen harga hewan. Bisakah kita melakukannya?

Sampai saat ini, janji pengendalian varian 2.3.2 tidak terdengar lagi. Demikian pula janji penyediaan vaksin 2.3.2 untuk itik meski efektivitasnya dipertanyakan. Apalagi, tak ada kompensasi atau dana pengungkit bagi peternak yang terkena wabah, seakan para peternak ”dibiarkan” menanggung beban sendirian.

Demikian juga langkah pengendalian virus flu burung H5N1 varian 2.1.3 pada manusia yang sudah berlangsung delapan tahun, tetapi belum ada arahnya. Tidak bisa dibayangkan jika varian 2.3.2 juga meloncat pada manusia. Masyarakat seperti ”dibiarkan” menerima risiko tertular tanpa tahu kapan dan di mana virus-virus flu burung akan menginfeksi dan fatal akibatnya.

Apa yang harus dilakukan masyarakat dan para peternak untuk menghindari wabah virus H7N9 ini? Masuknya virus H7N9 ke Indonesia hanya masalah waktu mengingat intensitas kegiatan China dengan Indonesia. Kegiatan perdagangan, pariwisata, atau lainnya bisa berfungsi sebagai ”pembawa” virus ini. Kecil sekali kemungkinan masuk Indonesia melalui burung migrasi mengingat virus H7N9 sudah dalam bentuk koalisi yang ”teradaptasi” pada manusia.

Pintu masuk bandara untuk pesawat dari dan ke China sebaiknya dipisahkan dari tujuan lainnya. Perlu dilakukan desinfeksi saat penumpang pesawat melewati garbarata dengan karpet yang sudah dibasahi dengan disinfektan. Seseorang yang pulang dari China sebaiknya tidak langsung berada di sekitar hewan yang peka virus influenza, seperti unggas, babi, dan kucing.

Barang yang berasal dari China perlu didisinfeksi pada peti kemasnya. Hewan hidup yang peka virus influenza sebaiknya diperiksa ketat baik dokumen maupun laboratorium oleh Karantina Pertanian.

Becermin pada China

Meski virus H7N9 baru menginfeksi 30 orang dan 10 orang tewas, Pemerintah China sudah merancang vaksin H7N9 untuk rakyatnya. Meskipun dijanjikan baru tujuh bulan lagi, hal ini menunjukkan kehadiran negara tatkala rakyatnya terancam, bahkan oleh suatu penyakit. Belum lagi program-program lain seperti surveilans dan integrasi pengendalian sektor kesehatan masyarakat dengan hewan.

Bagaimana Pemerintah Indonesia melindungi rakyatnya dari ancaman virus H5N1 yang telah menginfeksi rakyat Indonesia dengan korban 160 orang tewas dari 192 yang terinfeksi? Bagaimana pula perlindungan terhadap rakyat Indonesia tatkala virus H5N1 varian 2.3.2 ”meloncat” ke manusia? Pertanyaan yang sama berlaku untuk virus H7N9.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com