Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Balita Tak Boleh Akrab dengan "Gadget"?

Kompas.com, 1 Mei 2013, 14:17 WIB

KOMPAS.com — Fakta menunjukkan, penggunaan gadget secara berlebihan di usia dini berpotensi menimbulkan efek buruk. Belum lama ini, seorang anak perempuan di Inggris, berusia 4 tahun, harus menerima perawatan dari psikiater karena mengalami kecanduan Ipad. Bocah yang tidak disebutkan namanya ini pun tercatat menjadi pencandu Ipad termuda di Inggris.

Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, penggunaan gadget di usia yang terlalu dini tidak disarankan. Balita bahkan "dilarang" memiliki keterikatan dengan peralatan elektronik atau sejenisnya karena dikhawatirkan dapat memberi efek mengganggu proses tumbuh kembangnya secara alami.

"Harusnya, pada usia balita, anak terikat dengan orangtua atau lingkungan sekeliling sehingga bisa belajar. Keterikatan pada gadget akan membatasi kesempatan anak untuk belajar dan berkembang," kata dr Tjhin Wiguna, SpKJ(K), dari Divisi Psikiater Anak dan Remaja Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI/RSCM) Jakarta.

Terbatasnya kesempatan untuk belajar, kata Tjhin, disebabkan gadget hanya berkomunikasi satu arah, yakni merespons kemauan pengguna dalam hal ini balita.

Akibatnya, anak tidak dapat belajar secara alami bagaimana berkomunikasi dan sosialisasi. Anak juga tidak mampu mengenali dan berbagi aneka emosi, misal simpati, sedih, atau senang. Alhasil, menurut Tjhin, anak kurang mampu merespons apa yang terjadi di sekelilingnya, baik secara emosi maupun verbal. Terbatasnya respons anak akan mengganggu perkembangan kemampuannya untuk bergaul dan beradaptasi.

Kerugian lain dari keterikatan dengan gadget adalah gangguan pada kemampuan motorik kasar dan halus. Hal ini disebabkan anak hanya melakukan sedikit gerakan untuk menggunakan gadget. "Paling hanya duduk atau menggerakkan jari. Padahal, kalau bermain di alam bebas, semua anggota badan bergerak, termasuk koordinasi mata tangan untuk kematangan motorik halus," kata Tjhin.

Karena itulah, Tjhin menyarankan sedapat mungkin menghindari keterikatan balita dengan gadget. Namun, bila keterikatan sudah terjadi, orangtua diharapkan segera membawa ke psikiater atau psikolog terdekat.

Menurut Tjhin, pertolongan yang diberikan sedini mungkin membantu mempercepat pemulihan pasien. Penderita gangguan keterikatan gadget pada usia balita lebih mudah ditolong daripada penderita usia dewasa. Hal ini disebabkan cara pandang balita lebih mudah diubah daripada dewasa. "Sehingga balita lebih mudah menerima terapi dibandingkan dewasa," kata Tjhin.

Bentuk terapi yang diterima tiap pasien bisa jadi berbeda. Tjhin menerangkan biasanya pasien akan menerima terapi modifikasi perilaku. Namun, sebelumnya harus diketahui bagaimana pola asuh dan kebiasaan anak.

Selama terapi, perhatian anak akan dialihkan pada hal selain gadget. "Kita akan memperkenalkannya pada hal baru, atau sesuatu yang menarik perhatian di luar gadget. Karena itu harus diketahui bagaimana latar belakangnya," kata Tjhin.

Keterikatan bukan ketergantungan

Tjhin menerangkan, kasus anak sering bermain gadget lebih tepat disebut sebagai keterikatan dibanding ketergantungan. "Tumbuh kembang anak dan dewasa berbeda. Untuk anak, lebih tepat disebut terikat karena tidak memenuhi kriteria diagnostik," kata Tjhin.

Kriteria diagnostik ini mencakup lamanya waktu bermain gadget. Balita biasanya tidak memainkan gadget lebih dari 5 jam. Hal ini berbeda pada orang dewasa yang bisa menghabiskan 24 jam dengan gadget-nya.

Walau demikian, keterikatan ini memunculkan efek psikologi yang merugikan. Tjhin mengatakan, anak akan merasa tidak nyaman tanpa gadget dan bisa "uring-uringan" sepanjang hari. Waktu yang dihabiskan juga semakin banyak demi menemukan rasa puas dan nyaman.

"Perlahan meningkat dari 1 jam, menjadi 4 jam, kemudian 5 jam. Hal ini disebut efek toleransi," kata Tjhin.

Timbulnya keterikatan, menurut Tjhin, disebabkan pembiasaan yang terus dilakukan orangtua terhadap anak, terkait penggunaan gadget. Dalam hal ini, orangtua mungkin sering menggunakan gadget dalam kesehariannya, misal mengalihkan perhatian anak ketika menangis.

"Anak itu sebetulnya mudah dikondisikan. Bila yang sering dihadapi gadget, tentu dia lebih terbiasa menghadapi perangkat teknologi tersebut," kata Tjhin.

Tjhin memperingatkan orangtua untuk sedapat mungkin mencegah keterikatan anak dengan gadget. Orangtua perlu berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalkan penggunaan gadget dan mengajak anak bermain. Berbagai stimulasi yang diberikan saat bermain akan berguna untuk tumbuh kembangnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau