Penulis
KOMPAS.com - Untuk bisa bersaing di dunia kerja, seseorang wajib memiliki skill yang baik. Namun, banyak orang terkendala biaya atau waktu untuk meningkatkan kemampuannya.
Salah satu contohnya adalah kemampuan berbahasa Inggris. Untuk satu program saja terkadang kita harus mengeluarkan uang sampai puluhan juta rupiah.
Di lain pihak, sebenarnya banyak juga orang-orang yang punya kemampuan lebih namun tidak tahu bagaimana cara membagikan ilmunya pada orang lain secara mudah.
Sebagai sebuah platform online yang mengusung slogan "School of Everything", Circledoo mencoba memberi solusi bagi permasalahan tersebut.
"Circledoo ini adalah platform online yang memungkinkan setiap orang membuat kelas pertemuan untuk skill sharing, mengajarkan keahliannya kepada orang lain," kata Founder & CEO Circledoo, Tasa Nugraza Barley, Selasa (28/11/), di Jakarta.
Tasa menggambarkan platform Circledoo ini mirip dengan aplikasi AirBnB, tetapi untuk sektor edukasi non-formal. "Target kami anak-anak muda," katanya.
Circledoo diluncurkan sejak September 2017 dan aktif memfasilitasi kelas-kelas pertemuan untuk berbagi keterampilan. Mulai dari soal blogging, vlogging, musik, media sosial, bisnis, kewirausahaan, hingga kemampuan berbahasa asing.
"Sampai saat ini sudah ada 1.050 member yang terdaftar dan sudah ada 30 orang yang membuka kelas. Mulai dari kelas yoga, fotografi, menulis kreatif, atau membuat bisnis," kata Founder & Chief Business Circledoo, M.Rusdi Indradewa.
Rusdi menjelaskan, kelas-kelas tersebut bisa dibuka secara gratis atau pun berbayar. Misalnya saja ada kelas belajar bahasa Inggris dengan tiket seharga Rp 20.000 setiap pertemuan. Kelas yang berbayar itu juga bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi pengajarnya.
"Prinsip kelas-kelas ini adalah mengajarkan "how to", karena itu kami menyediakan kelas-kelas keterampilan. Ke depannya, kami ini menjadi gateway bagi banyak orang yang ingin berbagi atau belajar," ujarnya.
Perbedaan utama Circledoo dengan platform lain, imbuh Rusdi, adalah tidak sekedar sebagai platform berbagi keterampilan, tapi juga jejaring sosial. Circledoo juga bisa memfasilitasi terselenggaranya sebuah kelas dan juga mempromosikannya.
Selain sistem pembayaran online, Circledoo juga dilengkapi dengan fitur-fitur lain yang sesuai dengan gaya hidup kaum urban masa kini, seperti chating, social networking dan event search.
"Orang yang pernah mengikuti sebuah kelas akan dikumpulkan dalam satu circle atau lingkungan. Nantinya kalau ada kelas lain dengan tema serupa akan diberi notifikasi dan bisa saling berkomunikasi lewat chatt group," katanya.
Tiga founder Circledoo dari kiri ke kanan: Marwoto Soebiakno (Chairman), Rusdi Indradewa (Chief Business Officer, Tasa Nugraza Barley (CEO).Circledoo yang didirikan sejak awal tahun 2017 ini memang memiliki tujuan membentuk kelas-kelas pertemuan secara offline atau tatap muka.
"Banyak orang yang bingung mengapa di era digital ini kami malah membuat kelas tatap muka. Tapi kami yakin kalau belum pernah bertatap muka dengan pengajar atau teman satu kelas, bonding untuk belajar di ekosistem jadi kurang kuat," kata Rusdi.