Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memotret Lezatnya Makanan Khas Jepang Lewat Karya Seni

Kompas.com - 20/02/2018, 07:15 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jenis makanan apa yang pertama terlintas di pikiran saat membayangkan makanan khas Jepang?

Sushi? Ramen? Bento? Apa lagi?

Makanan-makanan Jepang sudah tak asing lagi bagi kita. Bahkan dengan mengingatnya saja, rasanya bikin ngiler.

Termasuk jika melihat lukisan-lukisan yang terpampang di galeri Japan Foundation, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

Pengajar Ilustrasi di Desain Komunikasi Visual, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Beng Rahadian bersama sejumlah mahasiswinya yang dinamai "Bidadari Cikini" memamerkan karya bertemakan makanan khas Jepang dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018.

Pameran bertajuk "ceritakan" itu dimulai hari ini, Senin (19/2/2018) hingga 26 Februari mendatang.

Salah seorang pengunjung tengah mengabadikan karya lukisan pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Salah seorang pengunjung tengah mengabadikan karya lukisan pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Dari rangkaian lukisan yang dipamerkan, kita bisa melihat beragam jenis makanan Jepang. Mulai dari macam-macam sushi, bento, tempura, gyudon, yakitori, gurita, ramen, dan lainnya.

Selain mengundang rasa lapar, karya-karya tersebut akan membuat kita semua gemas.

Bagaimana tidak? Beberapa karya yang dipamerkan adalah karya 3D dengan media campuran. Misalnya, karya Dwi Prabawanib yang diberi judul "Kenikmatan yang Menjalar".

Menampilkan tiga butir Takoyaki, makanan khas Jepang yang banyak ditemukan di tanah air. Bagian atas Takoyaki dihiasi tangan-tangan gurita yang menjulur, lengkap dengan hiasan menyerupai seledri dan mayonaise yang biasa ditemukan pada masakan tersebut.

Saah satu karya yang dipamerkan di Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Saah satu karya yang dipamerkan di Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Ada pula beberapa lukisan yang digambar pada kertas-kertas persegi berukuran kecil dan digantung ke instalasi yang menyerupai pohon.

Instalasi tersebut diberi nama "Pohon Kebahagiaan", karya Gini Trisnawati.

Beberapa makanan khas Jepang seperti sushi, tempura, salmon sashimi, hingga teh Jepang dipasang bergantungan pada replika pohon sakura.

Beng Rahadian sendiri melihat sebelumnya ada gairah menggelar pameran yang menurun dari para mahasiswa. Menurutnya, para mahasiswa cenderung lebih suka mengunggah karya-karyanya di media sosial.

Mereka pun seolah melupakan hal-hal yang bersifat fisik. Padahal, menggelar pameran memiliki manfaat. Ia pun ingin menumbuhkn kembali minat tersebut.

"Pameran banyak untungnya. Karya mereka diapresiasi, mereka berorganisasi, lalu jelas mereka mendapatkan legalisasi, serta berinteraksi dengan kuat," tutur Beng, Senin.

Pohon Kebahagiaan, salah satu karya pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Pohon Kebahagiaan, salah satu karya pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Di samping itu, ada pula kebiasaan masyarakat saat ini yang gemar mengunggah foto makanan di media sosial.

"Saya menemukan, kalau dikasih tugas mereka bikinnya lama dan biasa saja, tapi di Instagramnya kok bagus-bagus," ujarnya.

Selain karena tren perkembangan zaman, banyak yang senang mengunggah karya di media sosial karena bisa mendapatkan apresiasi dari siapapun dari seluruh dunia.

"Saya pikir sayang kalau mereka enggak diarahkan," ujar pria yang gemar membuat komik tersebut.

Beberapa karya pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Beberapa karya pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Assistant Director Japan Foundation, Kato Daisuke mengaku kagum dengan karya-karya Beng Rahadian dan para mahasiswi IKJ yang sangat menarik dan tampak nyata.

Menurutnya, pertumbuhan restoran Jepang di Indonesia memang cukup bagus dan semakin banyak. Hanya saja, pertumbuhan itu belum merata.

"Saya pikir itu baru di Jakarta, daerah-daerah lain belum. Lewat informasi di Japanese Culture Week semoga lebih banyak orang Indonesia yang tahu kebudayaan Jepang," kata Sato.

Salah satu karya pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Salah satu karya pada Pemeran Ilustrasi Makanan Jepang bertajuk Ceritamakan dalam rangkaian Japanese Cultural Week 2018 di Japan Foundation, Jakarta, Senin (19/2/2018).
Di samping pameran ilustrasi makanan Jepang, rangkaian Japanese Cultural Week 2018 juga diisi sejumlah agenda menarik lainnya yang digelar hingga 2 Maret 2018.

Agenda tersebut di antaranya upacara minum teh, pengenalan kimono dan yukata, workshop ilustrasi makanan Jepang, talkshow musik, demo ikebana, dan masih banyak lagi.

Acara ini digelar untuk memeringati 60 tahun persahabatan Indonesia dan Jepang. Bagi yang penasaran dan ingin datang, acara ini tak dipungut biaya.

"Kami berharap pameran ini bisa mempererat hubungan baik antara kedua negara dan seluruh pengunjung bisa mendapat inspirasi serta wawasan yang menarik, khususnya soal budaya Jepang," ujar Sato.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com