Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/06/2018, 09:30 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Tidak seperti Brasil dengan warna kuningnya atau Inggris dengan warna putih.

Nigeria juga bukan negara yang timnas sepak bolanya dijadikan jagoan utama oleh para penggemar sepak bola, baik dari segi performa maupun kostumnya.

Sehingga, tim desainer kostum mereka merasa tak memiliki beban saat bereksplorasi menciptakan kostum tersebut.

Nike melihat Nigeria menurunkan banyak pemain muda pada skuat Piala Dunia 2018 dan mereka dinilai memiliki semangat untuk maju.

Semangat para pemain muda itulah yang dituangkan ke dalam kostum. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya anak muda yang menjadi penggemar sepak bola dan menyaksikan Piala Dunia.

Hoppins menilai kesuksesan jersey Nigeria tak lepas dari momentum peluncurannya yang dianggap tepat.

Sebab, para penggemar sepak bola generasi sebelumnya mungkin saja tidak menyukai desain tersebut dan lebih menyukai desain konvensional, seperti kostum Brasil atau Inggris.

Namun tidak bagi para penggemar sepak bola muda yang cenderung menyukai desain dinamis.

Menurut dia, tak sedikit orang yang kemudian mendukung timnas Nigeria karena menyukai kostumnya.

Desain yang tak hanya mempertimbangkan performa bahan tersebut juga menyesuaikan kondisi agar para penggemar sepak bola tak sekadar menggunakannya untuk menonton pertandingan sepak bola, tapi lebih pada keseharian.

“Seringkali, jersey memiliki kisah yang menarik di belakangnya, namun tidak semua orang mau mengenakannya karena lebih seperti seragam."

Baca juga: Jersey Essien Paling Laris Diburu Pemain Lawan Selama Liga 1 2017

 

"Sekarang mungkin banyak perusahaan lain ingin melakukan inovasi seperti yang kami lakukan dan membuat produk sepak bola yang bisa digunakan lebih luas hingga ke bidang fesyen dan budaya,” ujar Hoppins.

Mengoleksi karena desain

Jersey sepak bola adalah barang “seksi” bagi para penggemar yang mengoleksinya.

Mereka, para kolektor jersey sepak bola, tak lagi sekadar membeli kostum tim yang didukungnya tapi juga mengkoleksi kostum tim-tim lainnya.

Kolektor jersey kelas “dewa” bahkan bisa mengoleksi hingga ratusan jersey dan selalu masih ingin mengoleksi lebih banyak jersey.

Berbagai alasan melatarinya. Salah satu kolektor jersey sepak bola dari dalam negeri, Bias Ramadhan (27), misalnya.

Bias sempat mengoleksi lebih dari 60 jersey tim sepak bola dari berbagai tim, tak hanya kostum tim yang didukungnya yaitu Chelsea.

Ia juga kerap berburu jersey lawas. Beberapa yang dimilikinya, seperti kostum klub asal Brasil Cruzeiro tahun 1989 dan kostum timnas Irlandia tahun 1990.

Bias mengungkapkan, selain karena mendukung klub tertentu, ia juga gemar mengoleksi jersey sepak bola karena faktor sejarah di balik jersey tersebut.

“Misalnya jersey Chelsea yang putih dipakai pas lawan Barcelona. Waktu itu Barcelona juara UCL (UEFA Champions League) dan (Fernando) Torres waktu itu hampir cetak gol di menit-menit ahir,” kata Bias saat berbincang dengan KOMPAS Lifestyle.

Faktor lainnya adalah desain jersey yang keren. Ia mencontohkan jersey Nigeria pada Piala Dunia 2018.

Meski begitu, Bias memilih menunda mencari dan membeli jersey tersebut karena harganya yang masih mahal.

“Ingin, sih (beli) tapi enggak sekarang belinya. Mungkin setelah Piala Dunia aja karena kalau enggak salah ada teman yang jual sampai tembus Rp 2,1 juta, atau lebih saking tingginya permintaan,” tuturnya.

Sementara itu, kolektor jersey lainnya, Imron Fadillah (26) mengaku senang mengoleksi jersey yang langka dan jarang dimiliki orang lain.

Selain itu, ia menilai semakin tua jersey maka akan semakin unik dan sulit didapatkan. Hal itu memberikan kesan tersendiri baginya.

Baca juga: Adidas Perkenalkan 9 Jersey Tandang Baru untuk Piala Dunia 2018

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com